Senin, 15 November 2010

Tetanggaku, Sangat Menggairahkan

Sebenarnya aku ini tidak pernah terpikir untuk bisa bercinta/ml dengan wanita berjilbab…
namun apa mau dikata nasi udah jadi bubur dan bubur itu udah di makan oleh aku…. ceritanya begini…

Namaku Iful.. umur 25 taon, tinggi 168 paras badanku tegap,
rambutku lurus dan ukuran vitalku biasa saja normal orang Indonesialah… cuman agak panjang sedikt.
panjangnya kira2 19 cm dan diameternya aku ggak pernah ukur…

Aku tinggal di rumah kost-kostan istilahnya rumah berdempet-dempetan neh… ada tetanggaku yg bernama Ibu Tiara,
berjilbab umurnya sekitar 40 tahun, bodinya masih kenceng, montok, kuperkirakan kulitnya putih mulus, itu terlihat dari betisnya, ketika dia sedang mencuci pakaian,
anaknya sudah 3, yang paling besar masih sekolah kelas 5 SD otomatis yg paling kecil umur 1,8 bulan,
sedangkan suaminya kerjanya di perusahaan kontraktor sebagai karyawan saja.

Setiap hari Ibu tiara ini wanita yang memakai jilbab panjang-panjang sampai ke lengannya
boleh dikatakan aku melihatnya terlalu sempurna untuk ukuran seorang wanita
yang sudah berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.

Suatu ketika suaminya sudah pergi ke kantor untuk kerja
dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor.

“Ful… iful...” ibu Tiara memanggil dari sebelah
karena aku masih malas-malasan hari ini so aku tidur-tiduran saja di tempat tidurku…

”Iful… Iful… Ibu minta tolong bisa..??” ujar Ibu Tiara dari luar,
aku sebenarnya sudah mendengar
namun rasanya badanku lagi malas bangun karena mungkin aku yang di panggil tidak segera keluar,
maka ibu Tiara dengan hati-hati membuka pintu rumahku dan masuk pelan-pelan mencari aku,
seketika itu juga aku pura-pura tutup mataku dia mencari-cari aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar.

“Oohh….” ujarnya spontan,
dia kaget karena kebiasaan kalo aku tidur tidak pernah pake baju,
dan hanya celana dalam saja
dan pagi itu kontolku sebenarnya lagi tegang sampai kepala pelirnya keluar dari CD,
biasa penyakit di pagi hari… he… he… heh…

Seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kamarku aku coba mengintip dengan sebelah mataku.

“Ooh dia sudah tidak ada“
ujarku dalam hati tapi kira-kira tak lama kemudian dia balik lagi
dan mengendap-endap mengintip kamarku , sambil matanya mengarah ke pangkal pahaku,
matanya melotot melihat batang Kontolku, bibirnya yg sexy berdesis, tanda birahi tinggi,
sambil tersenyum penuh arti cukup lama dia perhatikan aku tidur hanya memakai Cd doang.
dan setelah itu ibu Tiara langsung balik ke rumahnya.

Besok pagi setelah semuanya telah tidak ada di rumahnya ibu Tiara,
tinggal anaknya yg paling kecil dah tidur,
aku sayup-sayup aku dengar di samping rumahku yang ada di belakang,
sepertinya ada yg mencuci pakaian aku intip di belakang.

Ohh ibu Tiara sedang mencuci pakaian,
namun dia hanya memakai daster terusan panjang dan jilbab karena dasternya yang panjang,
maka dasternya basah sampai ke paha saat aku sedang intip ibu Tiara langsung berdiri
dan mengangkat dasternya serta merta mencopot celana dalamnya
dan langsung dicuci sekalian otomatis saat itu aku melihat ooooohhh memeknya yang merah
dan pahanya yang putih di tumbuhi bulu-bulu halus,
aku langsung berputar otak-otakku ingin rasanya mencicipi memek yang indah dari ibu Tiara yang berjilbab ini.

“Maaf ibu Tiara, kemarin ibu ada perlu dengan saya“
tanyaku mengagetkan ibu Tiara
dan serta-merta dia langsung merapikan dasternya yang tersingkap sampai ke paha.

“Iya nih mas Iful.. Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kamar mandi “ katanya.

“Kalo gitu sekarang aja bu soalnya sebentar lagi saya mo kerja“
sambil mataku melihat dasternya membayangkan apa yang didalamnya.

“Oh iya, lewat sini saja…”
ujarnya karena memang tipe rumah kost yang aku tempati di belakangnya cuma di palang kayu
dan seng otomatis kegiatan tetangga-tetangga kelihatan di belakang.

Aku langsung membuka kayu dan sengnya dan masuk ke dalam dan ibu Tiara membawaku di depan,
aku mengikuti di belakang.

“Ooohhh seandainya aku bisa merasakan memek dan pantat ini sekarang” gumamku dalam hati.

“Ini lampunya dan kursinya… hati-hati yah jangan sampe ribut soalnya anakku lagi tidur” kata Ibu Tiara.

Aku langsung memasang dan ibu Tiara melanjutkan mencucinya,
setelah selesai aku langsung bilang

“Ibu sudah selesai“
kataku kemudian ibu Tiara langsung berdiri tapi saat itu dia terpeleset ke arahku seketika itu aku menangkapnya.

Uups… oh tanganku mengenai payudaranya yang montok
dan tanganku satu lagi mengenai langsung pantatnya yang tidak pake celana dalam dan hanya ditutupi daster saja.
Pinggulnya menekan Kontolku yang saat itu tegak berdiri. Ibu Tiara tersipu malu.

”Maaf Dik Iful… agak licin lantainya” ujarnya tersipu-sipu. “Iful tunggu yah ibu bikinin teh“ ujarnya lagi.

Dia ke dapur dan dari belakang aku mengikutinya secara pelan-pelan,
saat teh lagi di putar di dalam gelas langsung aku memeluknya dari belakang.

“Iful… apa-apaan neh…” sentak Ibu Tiara.

“Maaf bu saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi..” ujarku.

“Jangan Iful… aku dah punya suami..”
tapi tetap ibu Tiara tidak melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dan kuremas dadanya…

“Iful… jangaann..” langsung aku menciumi dari belakang menyingkap jilbabnya.

“Ssluurrp… oh.. betapa putihnya leher ibu Tiara” ujarku dalam hati.

“Ookhh… Iful… hmmm… Aahh.. kamu nakal Ful.. Sshh...” ibu Tiara menggeliat langsung dia membalik badannya menghadapku.

“Iful… aku udah berssst…” saat dia mo ucapin sesuatu langsung aku cium bibirnya.

“Mmmmprh…” tak lama dia langsung meresponku dan langsung memeluk leherku.

“Mmmmmhprpp….srrpp...uugghh...sshh...”
bunyi mulutnya dan aku beradu aku singkapi jilbabnya sedikit saja
sambil tanganku mencoba menggerayangi dadanya.

Aku melihat dasternya memakai kancing 2 saja diatas dadanya…
aku membukanya dan tersembullah buah dadanya yang montok, putih mulusss, persis seperti dugaanku,
slurp… slurpp... sluurrrpp...
kujilat dan kuisap pentilnya kanannya….dengan kasarnya. sambil jari ku memilin milin pentil sebalahnya lagi.

“Iful…. ooohhh…. ufhhh….” lirihnya.

“Sslurrpp…. slurp.. "
saat aku jilat… sepertinya masih ada sedikit air susunya…
hmmmm… tambah nikmatnya.
"slurp.. slurp… nikmat banget toket ibu, besar dan kenyal...sshh..hmmfff...srlurp..."

Sambil menjilat dan menyedot susunya aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya
tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas…
karena dari tadi dia tidak pake celana dalam maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan tanganku.

“Ohhh… Ful !oh… kamu bener bener anak nakal...sssshhhh…” teriak ibu Tiara.

Kepalaku kudekatkan ke memeknya dan kakinya kurenggangkan.

Ssluruupp…. pelan-pelan kujilati itil dan memeknya…

“Ooh Iful… eennakkh… oghu… mmmpphhff…terrsuss... Ful...sshh...”
teriaknya pelan kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan kekiri.

Pelan-pelan sambil lidahku bermain di memeknya, kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku
yang telah tegang, besar, panjamg dan berurat, yah lebih kurang 21 cm lah.
Namun ibu Tiara masih tidak menyadari akan hal itu.
Pelan-pelan kuangkat dasternya, namun tidak sampai terbuka semuanya,
hanya sampai di perutnya saja dan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum.

“Mmmmppghh… Iful… aku… mauhh..sshh...aahh..” ujar ibu Tiara.

Kuhisap dalam-dalam lidahnya.

“Sslurp… caup… oh ibu sungguh indah bibirmu, memekmu dan semuanya.” lirihku.

Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya kubawa ia ke atas meja makannya
dan kusandarkan ibu Tiara di pinggiran meja tanganku kumainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya.

“Aahhh… ufh… oh… Ifulll….ibu udah nggak kuaatttttt…
masukkan Kontolmu yg besar itu ke memek ibu Ful..." teriak Ibu tiara.

Pelan-pelan kupegang batang kontolku…
kuarahkan ke memeknya yang sudah basah dan licin….
dan bleeesssssssssshh….

“Oohhhhh… ufghhh…. Ifulll….kontolmu enakk banget...ufghh..sshhtt...” teriak Ibu Tiara.

Ssleepep… slepp…. kontolku kudiamkan sebentar….
Ibu Tiara spontan melihat ke wajahku dan langsung ia menunduk lagi,
kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya.
Mulailah aku memompanya.. slep… slep.. slep… blssss….

“Ooh memeknya ibu sangat enak….”

“Iful… kontolmu sangat besar, puasin ibu Ful...ougghh..
perlakukan ibu sekehendakmu Ful, Ibu pelacurmu sekarang,...aahhgg...
sodok yg kuat Ful..sshh..Kontolmu menuhin memek ibu...aahh.. ibu keenakan...Ougghh..
ibuu...jadi ga' tahan...aku budak napsumu Ful.. Aarrgghh...hajar memek Ibu Ful...Shit !”
rupanya ibu Tiara sudah tidak memikirkan lagi norma-norma,
yang ada hanyalah nafsu birahinya yang harus dituntaskan.

Berulang-ulang kupompa memeknya dengan kontolku.

“Ooohh.. akhh… Ifull….” kubalikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja.

Kutusuk memeknya dari belakang bleesssssssss…bleeessss... bleeesssss....

“Ohhhhh…. ampun Ful... Aakkhh..jangan berhenti Ful...Punya bapak ga' seenak Kontolmu Ful...
Kontolmu luar biasa enaknya Ful...sshh.. aduuhh..Kontolmu sampai mentok dalem banget ..sshh..Shitt !!!...
Terus Ful... aahhh... ahmpunn...ougghhh...sshh...” teriak Ibu Tiara,
kuhujam sekeras-kerasnya kontolku tanganku remas-remas susunya.

Aku liat dari belakang sangat bagus gaya ibu Tiara nungging ini,
tanpa melepas daster dan jilbabnya kutusuk terus … sleeeepp…. sleeps….

Hingga kurang lebih setengah jam ibu Tiara bilang

“Iful…. ibu udah nggak tahan…..Bu, memek Ibu kenakann......sshh..”

“Sabar bu bentar lagi saya juga……” ujarku.

“Oh… ohhhh… ufmpghhh… Iful… ibu mau...sshh... keluarrrr… achhhh……arrgghhh...ougghhh...Shit !!!”

Semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan oohhhhh…
ku rasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya….
semakin kupercepat gerakan menusukku…

Slep…. slurp… bleeppp….Bleeesss...srookkk...sruupppss...

“Oh Ibu aku juga dah mo sampai neh…..”

“Cepat Iful… ibu bantu…. gayang yacchh...ahh.. oh no !!….hajar terus memek Ibu full... agghhhh….”

Ibu tiara menggoyangnya lagi dan akhirnya

“Ibu…. aku mo keluararrrrr…..”

“Sama-sama yang Iful…. ibu juga mo keluar lagi…sodok yang dalem Ful...AAGGhhrr.....” teriaknya…

Dan….

“Ohhh… ack….. ahhhhh..”

Aku dan ibu Tiara sama–sama keluar… dan sejenak kulihat di memeknya terlihat becek dan banjir…

Setelah hening sejenak… ku cabut kontolku, dan kusuruh jilatin sisa sisa spermaku di batang Kontolku,
sampai bener bener tak tersisa lagi, sungguh pintar Ibu ini nyepongnya.
dan lalu kupakai celana pendek setelah itu ibu Tiara merapikan daster dan jilbabnya…
langsung aku minta maaf kepadanya…

“Bu.. mohon maaf .. Iful khilaf.” kataku.

“Tidak apa-apa kok Iful… sshh...ibu juga yang salah… aahh...Ibu yang menggoda kamu, Ful...
Habis kamu sih, tidur cuman pake CD doang...sshh..Jadinya Ibu horny banget“ ujarnya.

Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi siap-siap kerja…
" Entar main lagi ya Bu..Eh sayang.." kataku manja.
" Beres nak Iful, siapa yang ga' mau Kontol besar yg enak itu..."
jawab ibu Tiara sambil sambil mencubit selangkanganku.
Kami pun tersenyum bahagia.
setelah mandi kulihat ibu tiara sedang menjemur pakaian, kulihat dengan jelas
di dalam daster ibu Tiara tidak memakai celana dalam, yang didalamnya sudah aku aku nikmatin barusan.
karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi, mulai mendekati jam 10 pagi.

Sebelum aku pergi kusempatkan pamitan ke ibu Tiara
dan dia tersenyum manis sekali.

TAMMAT

Gairah Tante Deby

Senin pagi itu, tak biasanya Deborah datang pagi-pagi sekali ke tokonya di jalan B,
daerah selatan stasiun kereta api di kota YK. Saat itu ia mengenakan blouse hijau tanpa lengan
yang sangat ketat di tubuhnya yang putih montok.
Rambut ikalnya yang panjang bercat kemerahan diikatkannya ke atas, memperlihatkan tengkuknya yang putih seksi.

Rupanya pagi itu, ia memang orang pertama yang datang ke tokonya.
Pegawai-pegawainya biasanya baru datang pukul 8 pagi. Setelah membuka pintu toko mainannya,
ia langsung menuju meja kasir dan menghitung laba perolehan hari sebelumnya,
sambil menunggu para pegawainya datang 1 jam lagi.

Deborah adalah seorang wanita keturunan tionghoa, yang sudah cukup berumur.
Akan tetapi, walaupun usianya sudah kepala 4, tetapi perawakannya masih mengundang air liur lelaki yang memandangnya.
Tubuhnya yang montok selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing fantasi liar untuk dapat menindihnya.
Belum lagi bila memandang buah dadanya yang putih montok itu,
setiap lelaki pasti ingin meremas gemas dam memelintir lembut putingnya.
Di usianya itupun, wajahnya masih menunjukkan garis-garis kecantikan,
serta sorot matanya yang sayu tetapi tajam, menandakan kebinalannya di atas tempat tidur.

Sebagaimana umumnya orang tionghoa, naluri bisnisnya memang cukup tajam.
Baru beberapa bulan saja toko mainannya ini ia kelola, ia sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan.
Mungkin karena harga mainan anak-anak di tokonya ini relatif murah dibandingkan harga ditoko lainnya.

Sambil menunggu pegawainya, Deborah duduk di belakang meja kasir, menghitung laba hari sebelumnya.
Belum ada pelanggan yang datang, mungkin karena hari masih cukup pagi, dan di luar pun cuaca terlihat agak mendung.

“Wah, pagi-pagi begini sudah mendung, bisa susah rejeki nih!” pikirnya sambil melihat ke arah luar.
”Mudah-mudahan aja, nggak hujan..”

Deborah kembali melanjut pekerjaannya, sampai tiba-tiba di luar gerimis pun turun.

“Lho, baru aja dibilangin, malah hujan beneran deh..” gerutunya.
”Anak-anak bisa terlambat dateng nih!” ujarnya lagi sambil melirik arloji emas berbentuk kotak di lengan kanannya.

Gerimis itu lama-kelamaan menjadi hujan yang cukup deras, sehingga hawa pagi itu menjadi semakin dingin.
Di luar pun, beberapa orang menghentikan sepeda motornya untuk mengenakan jas hujan,
lalu kembali meneruskan perjalanannya.
Kecuali beberapa pejalan kaki yang terus berjalan sambil berusaha menghindari hujan,
ada juga dua orang pengendara motor yang memilih untuk berteduh sebentar di depan tokonya.

Salah seorang pengendara motor itu, kelihatannya seorang mahasiswa yang hendak pergi kuliah dan tidak membawa jas hujan.
Pemuda itu memilih untuk berteduh di depan tokonya, sambil melihat-lihat dari luar ke dalam toko mainan Deborah.
Tak lama kemudian, ia masuk ke toko itu, sambil terus melihat-lihat mainan yang ada.
Melihat ada tamu yang masuk ke tokonya,
Deborah langsung mempersilahkan pemuda itu dan menghentikan pekerjaannya menghitung laba.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Deborah.

“Oh, maaf kebetulan saya kehujanan dan berteduh di depan,
saya baru ingat kalau saya memerlukan spare parts untuk mobil remote control saya dirumah” jawab pemuda itu.

“Wah, kalau spare parts remote control, kebetulan disini cukup lengkap,
kalaupun di etalase kosong, mungkin bisa saya carikan di gudang”. Ujar Deborah.

”Memangnya bagian apa yang diperlukan?”

“Saya butuh dinamo dan ban untuk mobil remote control saya dirumah,” jawab pemuda itu.

Sambil menerangkan jenis yang dicarinya ia terus mengamati Deborah yang sedang mengecek buku inventarisnya.
Ia baru saja menyadari, bahwa lawan bicaranya itu ternyata sangat menggoda dan membangkitkan gairahnya.
Terutama di pagi hari yang sangat dingin itu. Melihat keadaan toko yang sepi itu,
ia ingin mencoba mencari kesempatan di dalam kesempitan. Ia pun berusaha berkenalan dengan Deborah.

“Oya, kenalkan nama saya Anto,” pancing pemuda itu.

“Oh, saya Deborah, panggil aja Deby” balas Deborah.

“Saya mesti panggil Mbak atau tante nih?” tanya Anto lagi.

“Terserah deh! Enaknya Dik Anto aja gimana,” jawab Deborah.

”Wah, sepertinya dinamo yang untuk model itu disini sudah habis,
saya memang nggak menyimpan stok banyak, karena kurang banyak peminatnya”.

“Yah, sayang sekali.. Apa di gudang juga sudah habis?” pancing Anto.

“Oh iya, saya hampir lupa, sebentar saya coba carikan,” lanjut Deborah sambil mengunci mesin kas-nya
dan beranjak keluar meja kasir ke arah gudang di lantai dua toko itu.

”Dik Anto tunggu sini sebentar ya?”.

Saat melihat Deborah berdiri dan berjalan, gairah Anto semakin meluap.
Terlebih lagi ketika ia mengamati Deborah menaiki tangga kayu itu,
matanya semakin nakal melirik ke arah bongkahan pantat Deborah yang terbungkus rok jeans mini.
Entah ke berapa kalinya ia menelan ludah, sejak ia pertama kali melihat tante itu.
Dan entah desakan dari mana yang membimbing Anto mengikuti Deborah, naik ke lantai dua.

Ia kemudian memegang pegangan tangga, untuk mengikuti tante itu,
sambil mendongak ke atas melihat Deborah yang masih menaiki tangga itu.
Terlihat jelas oleh matanya,
Deborah saat itu mengenakan celana dalam hitam berenda
dan samar-samar memperlihatkan gundukan putih menggiurkan yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Pemandangan itu membuat nafasnya semakin naik turun.

Perlahan-lahan agar tak terdengar oleh tante itu ia mulai meniti anak tangga,
hingga akhirnya ia sampai ke lantai dua yang merupakan gudang di toko itu.
Ia menghampiri Deborah yang sedang berjongkok mengaduk-aduk sebuah kardus.
Anto mengendap-endap ke belakang Deborah, kemudian berdiri tepat di belakang Deborah, menunggu tante itu berdiri.

Tak lama kemudian, kelihatannya Deborah sudah menemukan apa yang di carinya,
setelah menaruh kembali kardus itu ke tempat semula, ia pun berdiri,
dan langsung dikejutkan oleh kehadiran Anto di hadapannya.

“Lho..”

Belum sempat Deborah menyelesaikan kalimatnya, Anto langsung memeluk Deborah,
sambil membungkam mulut tante itu dengan tangannya. Otomatis Deborah meronta dan berusaha berteriak,
sambil memukuli punggung Anto. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka,
tangan Anto yang lebih kuat semakin mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Deborah.
Hingga akhirnya Deborah sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan sia-sia.
Tubuh montoknya pun menjadi lemas.

Melihat Deborah sudah menjadi lemas, Anto mengendurkan dekapan dan bungkaman pada bibir Deborah.
Ia langsung menciumi bibir tante itu, dilumatnya habis wajah Deborah.
Diciumi dan dijilatinya wajah cantik itu sambil nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.

“Aa.. Apa yang kau lakukan?? Kurang ajar kamu!” bisik Deborah terpatah-patah karena ketakutan.

“Tenang Tante.. Jangan takut, Tante nurut aja..
Lagi pula teriakan Tante nggak akan terdengar karena derasnya hujan,” jawab Anto sambil terus
menciumi bibir Deborah dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah dada tante itu.

“Jjja.. Ngann.. Please..
...Kenapa kamu nggak nyari perempuan yang lebih muda aja?” Pinta Deborah sambil berusaha menepis
tangan Anto yang sudah mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus bra dan blouse dari luar.

“Kalau kamu mau uang, ambil aja di kassa.. Tapi jangan seperti ini.. Please..”

“Aku mau Tante aja..Tante mau saya entot...! Sudah deh, Tante nurut aja..
Ntar pasti Tante nikmatin juga... Percaya deh!” bisik Anto di telinga Deborah,
sambil kemudian dijilatinya telinga yang putih kemerahan itu.

“Mmmhh.. Tante begitu harum.. Kulit Tante mulus dan wangi..” sambung Anto sambil terus
menggerayangi buah dada dan lengan Deborah.

Deby enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang sedang mencoba memperkosanya itu,
tetapi hati kecilnya tergoda juga oleh kata-kata pemuda itu.

Sambil mendorong tubuh Deborah agar rebah ke lantai,
tangan Anto kini mulai berpindah ke daerah perut Deborah,
yang kelihatannya sudah semakin tak berkutik. Direnggutnya blouse tante itu ke atas,
dan terpampanglah perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk,
tetapi tak mengurangi keseksian tante itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun ke leher,
buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya mulai menggerayangi perut dan pusar Deborah.

Rupanya ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama kelamaan
menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik, Deborah menikmati hal itu.
Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi desahan.
Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto,
sekarang sesekali meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat dengan tubuhnya.
Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan kecil dari mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.

“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.

Deborah pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa
harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu,
di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu.
Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil menyingsingkan rok mininya ke atas,
dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah kemaluan Deborah.

“Nngghh..” tak sadar Deborah melenguh nikmat.

Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya
dari luar celana dalamnya yang sudah mulai basah.
Ciuman pemuda itu pun tak henti-hentinya menggerayangi bibir,
leher dan buah dadanya yang montok dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu.

“Ahh.. Sshh.. Aahh..Engghh.. Sshh.. Aahh..” lenguh Deborah.

Deborah semakin menikmati kenakalan pemuda itu.
Saat ini ia justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya.
Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir kenikmatan di vaginanya.
Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya memanjakan wanita.
Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan diperkosa.
Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.

Jemari Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah.
Diusap-usapnya jahitan pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu.
Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu
sambil mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya.
Usapan jemari Anto pada jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah
menimbulkan suatu sensasi dan rangsangan yang sangat dinikmatinya.
Jahitan dari motif renda yang tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya
seakan-akan menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya.
Terlebih saat Anto memang sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya.
Hal ini membuat Deborah semakin tak kuasa untuk
menahan lendir kenikmatannya yang semakin membanjiri daerah itu.

“Augghh.. Nakal kamu.. Sshh... yaa..!” jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk pemuda itu
menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya.

Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah,
ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi
oleh lumuran lendir kenikmatan Deby itu ke bibir seksi tante itu.
Dan langsung saja Deborah menyambut dan mengulum telunjuk
yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu.
Anto sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya
yang sedang dikulum Deborah seakan-akan ingin mengorek-ngorek
bagian dalam mulut wanita itru dengan lembut.
Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu,
Anto langsung mendekati bibir wanita itu,
berharap agar masih ada sisa lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya.

Deborah agaknya mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu.
Ia langsung mengumpulkan ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir kenikmatannya,
kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit terbuka penuh gairah.
Anto langsung melumat gemas bibir Deborah. Dikecap-kecapnya sebentar ludah tante itu dalam mulutnya,
kemudian ditelannya penuh nafsu.

Melihat kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh nafsu.
Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa.
Dan agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk
sama-sama saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi telentang dengan pahanya agak terbuka.

Deborah langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah.
Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya.
Anto yang memang sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi,
langsung saja menuruti keinginan Tante itu. Tanpa membuka celana dalam Deborah,
ia langsung menjilati vagina Deborah dengan hanya cukup menarik
pinggiran berenda celana dalam Tante itu di sekitar vaginanya.
Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil
kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Deborah.

Rupanya Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto,
ia juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya.
Hingga tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Tante itu bergetar,
dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama kemudian,
saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu, diiringi teriakan liar Deborah.

“Oougghh.. iiyyaahh..isepp yg kencengg... Terrusshh.. To.. Sshhtt...
Mmmppffhh.. Akkuu.. mauu.. keluarrr.. say.. Ghhaahh.. kamu.. hebatt.. To.. Aahh...” Racau Deborah.

Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”

Wajah Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat
dan kental yang berasal dari dalam liang vagina Deborah.
Rupanya saat itu Deborah baru saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka.
Dan langsung saja, tanpa diberi komando,
dengan lahapnya Anto menjilati dan meraupi lelehan lendir kenikmatan
yang tak henti-hentinya meleleh dari dalam vagina Tante itu.
Hal ini tentunya membuat Deborah yang baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.

“Hhhaahh ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak Deborah sambil berusaha
menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu.

Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan
jilatannya sedikit pun dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu.
Ia terus mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung menelannya dengan rakus.
Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh lendir Deborah.

Setelah Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih kembali,
ia langsung beranjak ke arah bibir Deborah,
dengan masih mengulum lendir dari vagina Tante itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya.
Deborah langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia langsung membuka bibir seksinya seraya berkata,

“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan
sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.

“Ooohh.. Ssshh..Ssrrpp.. Sshh..”

“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya kembali ke dalam mulut Tante itu.

Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.

“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.

Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung melucuti pakaiannya sendiri.
Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia memang tak sabar
untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante dan menggarapnya penuh nafsu.
Setelah dirinya telanjang bulat,
ia berdiri sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan Kontolnya
yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.

“Woow..” kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam Kontol itu.

“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut Kontolnya.

Deborah langsung mengocok Kontol digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan.
Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya sendiri yang mulai basah kembali.
Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda itu.
Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah dibasahi lendir kenikmatannya ke Kontol Anto,
dan dibalurinya Kontol yang menegang keras itu dengan lendirnya.

“Aaahh.. Angett Tantee..” Bisik Anto sambil memejamkan matanya.

“Hhhmm..?? Anget..? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah sambil mengarahkan
bibir seksinya ke Kontol pemuda itu.

Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.

“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.

“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.

Deborah menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus
mengerjai Kontol pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma
dan basah dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri.
Dan itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.

“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu,
sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.

Deborah berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu,
sambil terus berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah.
Melihat wajah Tante-Tante yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu
membuat Anto semakin tak sabar untuk segera menggarap Tante itu.
Diacak-acaknya rambut Deborah dengan gemas.

“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..

“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.

“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.

Deborah yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam berendanya kembali mengerjai Kontol Anto.
Dikulum-kulum dan dijilatinya batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya sendiri.
Deborah semakin menggila dan liar.
Sampai-sampai bola matanya nyaris berputar kebelakang
saat ia mengelomoti batang Kontol yang menegang dan panas itu.
Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto yang menonjol-menonjol
akibat tegangnya Kontol itu hingga pemuda itu meringis kesakitan.

Anto yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja
menarik tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya,
dan langsung saja Deborah menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu.
Digigitinya pula bibir dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.

“Tante, aku sudah nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.

“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.
”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.

“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto,
“Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan Deborah sambil
meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.

Anto langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi tubuhnya,
kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah langsung menyadari,
rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu.
Ia langsung mengambil ancang-ancang doggie style,
bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto, siap untuk dikerjai.
Dengan paha yang lebarkan Deborah terlihat sangat menggairahkan saat itu.
Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar.
Pemuda itu langsung mengarahkan batang Kontolnya yang sudah benar-benar panjang
dan tegang tepat ke arah vagina Tante itu.
Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat putih mulus
dan montok yang masih terbungkus celana dalam hitam itu timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Tante itu.
Dan langsung saja ia menunduk ke arah pantat Deborah yang sedang menungging
dan tak mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu,
kemudian ditariknya celana dalam Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya
ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba..

“Aaahh..”

Deborah merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang anusnya
dan Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat.

“Sshh.. Kau apakan tadi To? Aahh.. Sshh.. ”

Desah Deborah sambil menengok kebelakang,
dan ia langsung mendapati pemuda itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan begitu rakus.
Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini.
Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin acak-acakan.
Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang.
Entah untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke belakang
saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia dapatkan dari Anto.

Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu.
Entah ke berapa kalinya ia membuat Deborah berteriak
dan meringis kesakitan saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu.
Lidah pemuda itu menyapu-nyapu dari atas ke bawah,
dari anus Deborah turun ke liang vagina Tante itu.
Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah menggelinjang kenikmatan.
Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak mainan disampingnya
sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu.
Dipuntir-puntirnya sendiri putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu.
Gesekan yang ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar menambah rangsangan pada dirinya.
Deborah semakin menggila, ia ingin dijadikan budak seks oleh Anto.

“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Deborah,

“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”

Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.

“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..” racau Anto sambil
terus menjilati anus dan vagina Deborah,
mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.

Tiba-tiba Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam selangkangannya.
Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina dan daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat.
Dan ia langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan orgasme lagi,
sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada daerah selangkangan Tante itu,
sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan lidahnya pada vagina Deborah dalam-dalam,
Tante itu tersentak sambil berteriak..

“Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!” racau Deborah dengan liarnya,
dan.. "crootss..!!!" Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh cairan kenikmatan
yang muncrat dari dalam vagina Deborah.

“Aahh.. Ghiillaa.. Sshh..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang
dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai,
kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.

Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas
berpegangan rak mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa orgasmenya
ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.

Anto pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat pada Deborah.
Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan pada daerah sekitar selangkangan Tante
itu karena ia ingin membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari dalam vagina Deborah.

“Aaacchh.. shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Deborah
saat Anto menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.

“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya
yang masih berdenyut-denyut itu.

“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.

“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.

Rupanya ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu.
Anto langsung menuruti permintaan Deborah,
lagi pula ia semakin tak sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu.
Perlahan-lahan ia menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian dalamnya.
Gesekan yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang berenda
dengan tubuh Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang gairah Anto.

“Kemari Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Deborah sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto.

Mulut Anto yang masih mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah
langsung diarahkannya ke bibir Deborah yang sedang membuka seksi.

“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.

“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah
yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan
pada tubuh Anto sehingga Kontolnya pun semakin menegang minta dipuaskan.

“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.

“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.

“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.

Langsung saja Anto bangun dari tubuh Deborah,
kemudian dipelorotkannya celana dalam hitam Tante itu,
lalu diaturnya posisi kaki Deborah agar mengangkang lebar.
Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah yang merekah. Walaupun sudah berumur,
tetapi vagina Tante itu masih terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih.
Bulu-bulu disekitar vagina Deborah terpotong rapi,
menandakan bahwa Tante ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut.
Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah.
Dikocok-kocoknya batang Kontolnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke vagina Deborah,
digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah. Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.

“Cepat To! Masukkan Kontol besarmu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau Deborah sambil meremasi buah dadanya
yang masih terbungkus BH hitam berenda itu.

“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil terus
menggesekkan Kontolnya naik turun pada vagina Deborah.

“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau Kontolmu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”

Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.

“Mmmhh.. Oohh.. Sshhh.. “

Anto rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu.
Ia ingin mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan sumpah serapahnya,
sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya…. Bless…..

Melesaklah Kontol Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah.
Kejutan ini benar-benar mengagetkan Deborah.
Kedua matanya melotot nyaris keluar.
Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya,
tetapi yang pasti ia sangat menikmatinya.

“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.

Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto.
Denyutan kemaluan Anto dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya
semakin banyak keluar dari dalam vaginanya.
Anto rupanya sengaja membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu.
Ia ingin menikmati saat-saat pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.

Kontol itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu.
Begitupun dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat benda asing
yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu.
Kedua mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan.
Sambil menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah,
Anto meremas-remas bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu,
tingkahnya mirip seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan.
Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Deborah menggelinjang tak karuan.
Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan kenikmatan.

Keduanya saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti.
Deborah menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat jepitan dalam vaginanya.
Tante itu rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas.
Sesekali Deborah meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto yang sedang tergagap-gagap kenikmatan.
Dikumur-kumurnya liur Tante itu oleh Anto sebelum ditelannya.

Perlahan-lahan Anto mencabut Kontolnya dari dalam vagina Deborah.
Ia tak ingin melakukannya tergesa-gesa.
Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan.
Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah menyala itu semakin terbuka seksi.

“Ooohh.. Mmmhh.. Sshh..” desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.

“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.

“Iyyaahh.. Terushh Too.. hajar memekku dengan Kontolmu itu To.. Please.. ” bisik Deborah.

Dicabutnya perlahan Kontol itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina Deborah.
Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Deborah.
Ia masih menginginkan Kontol itu berada dalam relung kewanitaannya,
mengobok-obok vaginanya penuh nafsu,
ia ingin menduduki Kontol itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya,
ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu,
ia semakin mempersetankan semuanya.
Sementara itu dengan senyum penuh menggoda,
Anto hanya memandangi wajah kecewa Deborah sambil mengocok-ngocok Kontolnya
yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Deborah.

“Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!” racau Deborah makin tak karuan.

Kali ini jemari lentiknya menggantikan Kontol Anto bermain di sekitar kemaluannya.
Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu.
Deborah benar-benar menginginkan Kontol Anto.
Sambil mengelus-elus dan mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya,
ia terus menggelinjang dan merintih.
Sementara itu tangan kirinya tak henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.

“Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ” racau Deborah
makin menggila.

Anto terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan Deborah.
Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.

Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung mendekati Deborah,
memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya penuh nafsu.
Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda itu.
Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh permukaan bibirnya.
Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini.
Ia semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin dibuat menggila oleh pemuda itu.
Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas keluar dari dalam vaginanya yang
semakin terasa panas bila bergesekan dengan paha atau penis Anto.
Rupanya Anto pun menyadari hal ini. Ia telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya.
Dan ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi batang Kontolnya ke dalam vagina Tante itu.

“Aku nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?” pinta Anto sambil menciumi wajah Deborah,
sementara tangan kanannya mengocok kontolnya yang telah menegang penuh tepat diantara
selangkangan Deborah yang mengangkang lebar.

“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat!
Cepat masukkan batang Kontolmu.. Thoo! Ssshh..” racau Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan
vaginanya yang merah basah,
kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati batang Kontol Anto yang menegang dipenuhi urat-urat.
Dan tak lama kemudian..

Blesshh.. Melesaklah batang Kontol itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.

“Aaahhh..!! Ssshh.. Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh...Sshh..” teriak Deborah sambil mulutnya menganga lebar
dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati penetrasi itu.

“Tantee.. ENnngghh.. Sshh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya
mendorong masuk batang Kontolnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah.

Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati batang Kontolnya.
Vagina itu begitu kenyal, panas, basah
dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat batang Kontolnya yang sedang berada di dalamnya.

Saat batang Kontolnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu,
tanpa membuat gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang mereka rasakan.
Tanpa langsung mengocokkan batang Kontolnya,
Anto menciumi seluruh bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan lidahnya.
Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya.
Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu.
Sesekali ia menyupang buah dada Tante itu,
sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Deborah.

Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat,
keduanya tak kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu dari mereka,
baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan
dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa melepaskan ujung Kontol Anto,
kemudian secara berbarengan keduannya saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.

“Aaahh yyhhaahh.. Ssshh.. Shit..!!” teriak Deborah saat batang Kontol Anto melesak masuk dengan cepat
ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding rahimnya.

“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.

Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka.
Anto yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina Deborah secepat mungkin.
Begitupun dengan Deborah,
ia mengangkangkan selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan
pinggul Anto dengan sedapat mungkin menyambut batang Kontol pemuda itu dengan vaginanya
bila ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.

Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat pasangannya
dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun langsung
dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak becek dari vagina Deborah
dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang makin lama makin deras sehingga
semakin menimbulkan hawa dingin yang justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.

Deborah begitu menikmati permainan pinggul Anto.
Jujur saja dalam hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat
sampai-sampai terkadang ia tak sempat mengambil nafas.
Anto mengayunkan pinggul begitu cepatnya
seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini.
Erangan Deborah yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Anto yang begitu cepatnya
justru semakin membakar Nafsu Anto.
Ia begitu menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas
dan kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang secara tak sadar keluar dari mulut seksi Deborah
yang sedang diperbudak oleh gairah.

“Ooohh.. Masukkan batang Kontolsmu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu!
Perkosa aku! Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh..
Ttterrusshh.. Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..”
racau Deborah sambil kedua tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya sendiri.

“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.

“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”

Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.

“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”

Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar
dengan kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya
terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah dadanya
dan menjambaki rambutnya sendiri.
Sedangkan Anto terus bertahan diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai
dan mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa dijangkaunya.
Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat.
Sesekali Anto menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat.
Dijilatinya dengan keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu.
Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa pegal
di kedua lututnya karena terus menumpu bobot badannya.
Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung disetujui oleh Tante itu.

Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka.
Ia langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu,
kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya sebentar,
kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri.
Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Anto.
Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah.
Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.

Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan.
Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya.
Sampai-sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya
bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto.
Setelah batang Kontol Anto bersih dari lendir kenikmatannya,
Deborah langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto,
kemudian ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.

“Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..” pinta Deborah penuh nafsu.

“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina
dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.

“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.

Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah,
sehingga sesekali Deborah menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam vaginanya.

“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klitorisnya.

Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya,
Tante itu pun semakin merem melek dibuai permainan Anto.
Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya,
dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir kenikmatan
yang keluar membanjiri vagina Tante itu.

“Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..” racau Deborah,
karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Anto menghisap-hisap
dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu.

Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan.
Deborah memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu.
Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya.
Perasaan kebelet kencing itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..

“Sebentar Sayang! Ahh Stopp!” pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.

“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.

“Aku.. mau.. Aahhh..”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya,
tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung
menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.

“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.

“Wow.. Mmmhh..”

Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja mencaplok
vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya
dan sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya.
Diraup dan diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.

“Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..” desis Deborah sambil menahan geli karena tak henti-hentinya
mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.

“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah,
langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.

“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik wajah Anto
dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu.

Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.

“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!”
racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto.

Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya.
Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun,
terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.

Setelah puas menjilati wajah,
leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu,
Deborah langsung bangkit berdiri,
kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang dengan gagahnya.
Anto yang terlentang di lantai memandangi tubuh montok Deborah yang membelakanginya
dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya.
Dipandunya pinggul Tante itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah
agar segera melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto.
Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu menggiurkan.
Bongkahan pantat yang putih mulus,
selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati batang Kontolnya,
dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah.

Tak henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri.
Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi.
Dan tanpa diduga, ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto.
Ia tak langsung membiarkan batang Kontol dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya.
Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto,
hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala zakar milik Anto,
yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak karuan.

“Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!” bisik Anto tak sabar.

“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To!
Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.

“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!”
ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..

“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget.

“Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.

“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!”
rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.

“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri,
kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak,
tangan kirinya menggenggam batang Kontol Anto yang semakin menegang
dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.

Blleesshh..

“Ooohh.. Ssshh.. Aahh.. sesak To.. ! Aahh...” desah Deborah penuh kenikmatan.

“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar
dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.

Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman batang Kontol Anto dari bawah.
Badannya membelakangi tubuh Anto.
Kepalanya menunduk menahan rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya.
Kali ini kedua tangannya berpegangan pada rak disampingnya.
Tubuhnya berjongkok sambil sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya
dapat tersentuh oleh denyut Kontol pemuda itu.
Bola matanya nyaris berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya sendiri
sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.

Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam vaginanya,
masih dalam posisi berjongkok ia terdiam,
menikmati sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu.
Denyut demi denyut yang dirasakannya dari batang Kontol Anto benar-benar membuat dirinya
semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris tertidur dalam kenikmatan.
Hingga tiba-tiba Anto menepuk bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.

“Naikkan sedikit pantatnya Tante!” pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.

Gerakan itu otomatis membuat batang Kontol Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah
menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto.
Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.

“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu.

Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.

Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong Tante itu,
kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.

Blesshh……Kontol besarnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang terpampang tepat diatasnya.

Tepat setelah batang Kontol yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu
menghentak mentok bagian dalam vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit,
kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan.
Keduanya langsung merasakan kehangatan dibagian selangkangan mereka.
Deborah mendesis seperti orang yang sedang kepedasan.
Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikal kemerahannya.
Ia terlihat semakin binal dan liar.

“Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Aahh.. Terus Tho..!”
teriak Deborah saat menerima kocokan Kontol yang super besarnya Anto dalam vaginanya.

Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.

“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..”
desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.

“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang!
Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.

“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.

Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit,
kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi dirinya.
Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati bersenggama dengan posisi doggie style.
Ia langsung menungging membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya,
kemudian ia menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya.
Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.

Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya,
sedang membuka lebar-lebar pahanya,
vaginanya yang baru saja dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak.
Lubang anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut,
mungkin akibat kocokan batang Kontolnya pada vagina Tante itu.
vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir putih yang menggiurkan,
pertanda Tante itu sudah benar-benar terangsang dan ingin segera dipuaskan.
Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan.
Anto yang juga ikut bangkit dari posisinya semula,
memegangi pinggul Tante itu dari belakang.
Ia bahkan sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih.
Ditelannya cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.

“Aawww..Sshh.. Aagghh..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.

Setelah Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir pelumasnya,
ia langsung bangkit dan mendekatkan batang Kontolnya pada pada vagina Deborah.
Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit melesak masuk dibelahan vagina Tante itu.
Deborah semakin tak sabar untuk segera menerima kocokan Kontol besar Anto di dalam vaginanya
yang terasa semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya kebelakang,
berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam vaginanya.

Anto yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan batang Kontolnya lagi ke dalam vagina Deborah
langsung mendorongkan pinggulnya ke depan, dan….

Blleesshh…..

“hhgghh...Sshh.. Mmhh.. aagghh.. Nikk.. Mmatthh..” Teriak Deborah dengan Jalangnya.

“Ohh Tante! memekmuu... Sshh..” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.

“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka! aku suka Kontolmu tho..!!!!”
bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.

Anto kembali mengayunkan pinggulnya perlahan.
batang Kontolnya keluar masuk vagina Tante itu perlahan-lahan,
dan menyebabkan vagina Deborah yang terasa masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar,
kemudian saat Anto mendorong batang Kontolnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam.
Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.

Mereka bermain dalam tempo yang lambat.
Deborah pun tak henti-hentinya meracau
dan terkadang mulutnya yang seksi itu mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya.

“Terus To! Hamili aku, gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila ! Kontolmu nikmat banget Sayang!” racau Deborah.

“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! Kontolku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt”
teriak Anto sambil sesekali menampari bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..

“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.

Lama-kelamaan ayunan pinggul mereka semakin cepat,
seakan-akan ada sesuatu yang dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi lenguhan.
Keringat mereka bercucuran disana sini.
Terkadang Anto pun menjilati punggung Deborah yang dibanjiri keringat itu.
Pegangan Anto pun berpindah dari pinggul Deborah ke pundak Deborah.
Tangan kanannya memegang erat pundak Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak rambut ikal Deborah.
Ia terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya. Pinggulnya mengayun dengan cepat.
Suara liar mereka berpadu dengan decak becek yang timbul dari kocokan Kontol Anto pada vagina Deborah.
Bola mata Deborah nyaris berputar kebelakang saking nikmatnya.
Rasanya belum pernah ia diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun.
Ia pun benar-benar dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan istri dari suaminya.
Ia bahkan mempersetankan suaminya.
Ia ingin terus diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini.
Dia yang memperkosa dirinya.
Ia tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat vaginanya terasa geli daripada nikmat.
Deborah benar-benar semakin mempersetankan segalanya.

Tiba-tiba ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan,
selangkangannya pun bergetar gila-gilaan.
Ia sadar bahwa dirinya akan merasakan orgasme atau bahkan multi orgasme.
Sesuatu yang teramat jarang dirasakannya bila sedang bersama suaminya.
Sebenarnya ia tak ingin mendapatkan orgasmenya cepat-cepat,
tetapi hati kecilnya menginginkan sesuatu yang teramat jarang didapatkannya itu.
Teriakannya pun semakin liar. Goyangan pinggulnya semakin tak karuan.
Dan ia pun menyadari bahwa ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari sebelumnya.
Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat ayunannya,
bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.

“Tan.. Tee aku mau keluar nih!” teriak Anto.

“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”

Deborah pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba..
vaginanya berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar gila-gilaan lagi,
ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya.
Deborah pun pasrah menerima kocokan demi kocokan Kontol pemuda itu dalam vaginanya.
Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati puncaknya,
ia mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk penisnya dalam vagina Deborah,
sampai tiba-tiba..
Pinggulnya menegang, seakan-akan memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam selangkangannya.
Ia bahkan sempat melihat Deborah menghempaskan rambutnya kesamping.
Pemandangan itu benar-benar seksi.

Dan…..Croott….Meledaklah larva panas dari dalam saluran sperma Anto.

Memuntahkan bermili-mili liter air mani yang panas ke dalam vagina Deborah.

“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.

Deborah yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin tak dapat menahan orgasmenya.
Selangkangannya yang sejak tadi bergetar hebat dan vaginanya yang berdenyut gila-gilaan
mencapai suatu titik yang membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.

“Aaahh.. Ggghhaahh..anjinngg.. shit..Aargghh...!! ”
teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto.

Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.

“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya.

Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.

Keduanya merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah mereka.
Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka rasakan.
Batang Kontol Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya ke dalam vagina Deborah.
Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar dan berdenyut tak karuan.
Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme
yang seakan-akan tak akan hilang dari raga bagian bawah mereka.

Deborah merasa lemas pada bagian lututnya.
Ia tak sadar bahwa ia telah bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan seluruh persendiannya.

“Lepas dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku sebenernya nggak ingin lepas,”
pinta Deborah pada Anto yang masih menancapkan kejantanannya pada lubang vagina Deborah.

“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.

“Ssshhtt.. Ooohh.. aahh.. Sshh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya.

Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.

Deborah berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus,
dengan posisi mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang masih berdenyut-denyut
dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya.
Diraupnya lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto,
kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu.
Matanya terbuka sayu dan rambutnya terurai acak-acakan.
Pemandangan yang benar-benar membuat jantung Anto berdegub tak karuan.

Anto pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini.
Didekatinya vagina Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu.
Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak merah
dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan.
Dijambakinya rambut pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya.
Perasaan campuran antara geli dan nikmat itu semakin menggila.
Merasa perlakuannya mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi lumatannya pada vagina Deborah..

“Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..” desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.

“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.

“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.

Anto terus menjilati vagina Tante itu.
Lidahnya yang kasar dikeluar masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak oleh rasa nikmat.
Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan Deborah berubah-ubah.
Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina Deborah hanya pada bagian luarnya saja,
dengan jemari Anto menguakkan labium mayora Deborah.
Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah,
 membuat Tante itu melonjak kenikmatan.

Deborah merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini.
Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan pemuda yang baru dikenalnya
dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar.
Dipilin-pilinnya puting miliknya dengan penuh nafsu.
Mulutnya pun tak henti-hentinya mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan.
Ia benar-benar diperbudak dan dipermainkan kenikmatan.
Hingga suatu saat, ia merasa pinggul dan selangkangannya bergetar hebat lagi
sedang vaginanya berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding orgasmenya tadi,
ia langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin merapat dengan selangkangan dan vaginanya.
Anto yang juga menyadari hal itu semakin buas dalam menjilati liang vagina dan menghisap-hisap labium mayora Tante itu.

Ia sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi.
Deborah sendiri merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi.
Pikirnya mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi,
terlebih setelah orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh persendiannya.
Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto.
Semakin didekapnya kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya,
sampai tiba saatnya ia tak dapat menahannya lagi, dan..

Crroottss.. Seerr..

“Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.

Keduanya langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina Deborah yang sedang dijilat
dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili liter lendir kenikmatan berwarna putih kental
yang menyembur keluar berbarengan dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi orgasme yang hebat
sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri
yang langsung menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat dihadapannya.

Anto yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu,
dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri oleh lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu.
Ditelannya semua yang berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya.
Hal ini tentunya membuat Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian
dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda seluruh bagian selangkangannya.
Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas hingga ia nyaris tak sanggup
mendorong dan menyingkirkan kepala Anto yang berada siantara selangkangannya
dan sedang sibuk menjilati vaginanya dengan rakus.

Anto pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum lendir kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu,
kemudian dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi.
“Nngghh..” Lenguh Deborah.

Anto langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu,
yang langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah.
Dilumatnya mulut Anto yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri,
kemudian ditelannya hingga tak bersisa.
Deborah benar-benar puas dengan permainan mereka,
begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap tubuh montok Tante itu,
kemudian bibir mereka saling berpagutan penuh nafsu.
Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.

“Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?”
bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.

“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu.
Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.

“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini? Kontolmu menuhin Memekku sayang..”
jawab Deborah manja sambil mengecup lembut bibir Anto.

Dalam hatinya ia berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.
" Sampi besok lagi ya Tante..Memek Tante sangat nikmat sekali.." ucap anto.
" Jangan sampai nggak datang ya To, aku butuh kontolmu...Sshh..butuh Kontol besarmu Tho !!!"
jawab Tante Deby sekenanya, sambil merapikan bajunya yg berserakan dilantai gudang atas.
" Tenang tante, Kontol Anto cuman buat memek tante koq...Anto janji akan puasin Tante sampai puas.."
bisik Anto penuh kemenangan, sambil mengecup bibir sensual Tante Deby.
Sambil mengecup bibir tante Deby.
TAMMAT

Tante Ina, Guru Sexku

Ketika itu aku baru berumur 15 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tuaku sedang pergi keluar negeri.
Teman baik ibuku, Tante Ina, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal dirumah menjagaiku.
Karena suaminya harus keluar kota, Tante Ina akan menginap dirumahku sendirian.
Tante Ina badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu,
pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Ina.
Biasanya, setiap ada kesempatan aku suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar,
waktu itu aku masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya enak.
Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Ina juga belum datang. Setelah pulang sekolah,
aku ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Ina yang seksi.
Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temanku disekolah.
Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa ku sadari Tante Ina sudah tiba dirumahku
dan tiba-tiba membuka pintu kamar ku yang lupa ku kunci.

Dia sedikit tercengang waktu melihat ku berbaring diatas ranjang telanjang bulat,
sembari memegangi kemaluan ku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung.
Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat.
Melihatku ketakutan, Tante Ina hanya tersenyum dan berkata

“Eh, kamu sudah pulang sekolah J.D., Tante juga baru saja datang”.

Aku tidak berani menjawabnya.

“Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri” ujarnya.

Aku tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu. Tante Ina lalu menambah,

“Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok.
Tidak apa-apakan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata

“Kalau kamu mau, Tante bisa tulungin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu J.D.”,
tambahnya sembari mendekatiku.

“Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”.

Aku tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun aku tidak begitu mengerti apa maksudnya.

Tante Ina pergi kekamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali kekamarku.
Lalu dia berlutut dihadapanku.
Bantalku diangkat perlahan-lahan,
dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.

“Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh”, katanya sembari membujukku.

Tanganku dibuka dan mata Tante Ina mulai turun kebawah kearah selangkanganku
dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti.
Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya,
dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu dikelapa kemaluanku,
senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.

“Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh” katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.

Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya.
Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat.

“Jangan takut J.D., kamu rebahan saja”, ujarnya membujukku.

Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan,
aku mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut.
Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku,
setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih enak dari sentuhan tanganku sendiri.

“Lihat itu sudah mulai membesar kembali, wow... besar banget kontolmu, tante sangat suka dengan kontol yg besar J.D..”,
kemudian Tante Ina melumuri Baby Oil itu keseluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya.

Kemudian Tante Ina mulai mengocokin kontolku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku
dan mengusapi bijiku yang mulai panas membara.

Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Ina yang cantik.
Perlahan Tante Ina mendekatkan mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya.
Terasa napasnya yang hangat berhembus dipaha dan dibijiku dengan halus. Aku hampir tidak bisa percaya,
Tante Ina yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.

Setelah kira-kira lima menit kemudian, aku tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya.
Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja diranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Ina
yang licin dan berminyak.
Belum pernah aku merasa seperti begitu,
semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku.

Mendadak Tante Ina kembali berkata
”Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah”.

Aku tidak mengerti apa yang dia maksud.
Dengan tiba-tiba Tante Ina mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku
lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.

Hampir saja aku melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, aku tidak tahu harus membikin apa,
kecuali menekan pantatku keras kedalam ranjang.
Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang.
Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya.
Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot kedalam mulutnya.
Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku.
Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir.
Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku.
Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, aku berasa geli setengah mati.
Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.

Sekali-kali tante Ina juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil.
Dan perlahan turun kebawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya
yang terasa sangat liar dan hangat. Aku hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku.
Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang aku hendak menjerit.
Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepalaku mulai pening
dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku.
Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku ke belakang.
Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket
dan hangat ke muka dan ke rambut tante Ina.
Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya.
Aku tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Aku merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar.
Dengan napas yang terengah-engah, aku meminta maaf kepada Tante Ina atas kejadian tersebut
dan tidak berani untuk menatap wajahnya. Tetapi Tante Ina hanya tersenyum lebar, dan berkata

“Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih.

“Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.

Dengan penuh pengertian Tante Ina menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani
dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-kali.
Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.

Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu aku bertanya

“Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”.

Tante Ina menjawab

“Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”.

Dan Tante Ina berkata yang kalau aku mau, dia dapat menunjukkannya.
Tentu saja aku bilang yang aku mau menyaksikannya.

Jari-jari tangan Tante Ina yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya,
memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung
dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah.
Dengan halus Tante Ina memegang kedua tanganku dan meletakannya diatas buah dadanya.
Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras.
Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Ina memintaku untuk menyentuhnya.
Karena belum ada pengalaman apa-apa, aku pencet-pencet saja dengan kasar.
Tante Ina kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan.
Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya.
Tanganku mulai meraba-raba tubuh Tante Ina yang putih bersih itu.
Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku.
Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Aku mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya.

Tidak lama kemudian Tante Ina memintaku untuk menciumi tubuhnya.
Ketika aku mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras didalam mulutku.
Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama.
Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku.
Mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit.
Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan.
Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah dihadapanku.
Tante Ina tidak berhenti mengelus-elus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang.
Tangannya menuntun kepalaku kebawah kearah perutnya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya,
roknya tergulung keatas. Aku mulai dapat melihat pangkal paha atasnya
dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya.
Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.

Kemudian Tante Ina berdiri tegak dihadapanku dengan perlahan Tante Ina mulai membuka kancing roknya satu persatu
dan membiarkan roknya terjatuh dilantai.
Tante Ina berdiri dihadapanku seperti seorang putri khayalan
dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan sexy.
Tangannya ditaruh dipingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya dihadapanku.
Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke belakang.
Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan.
Aku sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.

Tante Ina menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan.
Sambil merebahkan dirinya diranjangku, Tante Ina memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang.
Aku mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak demak dan bernoda.
Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin,
tetapi melihat Tante Ina sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu,
napasnya semakin mengencang. Aku semakin berani dan lancang merabanya.
Kadang-kadang jariku kususupkan kedalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut.
Celana dalamnya semakin membasah, noda dibawah celana dalamnya semakin membesar.
Pinggulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar
dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu.

Setelah beberapa lama, Tante Ina dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya aku dapat menurunkan celana dalamnya kebawah. Tante Ina berbaring diatas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali aku dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu diatas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante Ina membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk ditepi ranjang, Tante Ina memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vaginanya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda.

Dengan nada yang ramah, Tante Ina menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus,
menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya.
Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita.
Kemudian Tante Ina mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya.
Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Klitorisnya semakin membesar ketika aku menyentuhnya.
Aroma dari vaginanya mulai memenuhi udara dikamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih.
Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan kental
dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku,
aku kembali bertanya

“Boleh ngga saya mencicipi air mani Tante?”

Tante Ina hanya mengangguk kecil dan tersenyum. Perlahan aku mulai menjilati pahanya yang putih
dan sekitar lubang vagina Tante Ina yang merah dan lembut.
Cairannya mulai mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya.
Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya.
Rasanya rada keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang-orang, cairan Tante Ina sangat bersih
dan tidak berbau amis.
Begitu pertama aku mencicipi alat kelamin Tante Ina, aku tahu yang aku dapat menjilatinya terus-terusan,
karena aku sangat menyukai rasanya. Tante Ina mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh klitorisnya.
Aku tersentak takut karena mungkin aku telah membuatnya sakit.
Tetapi Tante Ina kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa enak.

Semakin lama, aku semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan klitorisnya.
Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat.
Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting kekanan dan kekiri.
Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar.
Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya.
Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya.
Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama ditelingaku.

Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang dibawah cahaya lampu.
Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik.
Sembari merintih Tante Ina memintaku untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku.
Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu.

Kemudian Tante Ina memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan.
Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil,
Tante Ina menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya,
dan menghisapinya bergantian.
Kemudian Tante Ina memintaku untuk lebih berkonsentrasi di klitorisnya dan menyarankanku untuk memasukkan jariku
ke lubang vaginanya. Dengan penuh gairah aku pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa
begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa berdekup memijiti jari tanganku perlahan.

Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah.
Klitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama,
Tante Ina memintaku untuk memasukkan satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat.
Dengan bersamaan waktu, Tante Ina juga masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku.
Tangannya dipercepat mengocok kemaluan ku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras.
Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar.
Aku menjerit keras bersama-sama Tante Ina sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan.
Kali ini Tante Ina menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluan ku sampai kering.

Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah,
terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati
dan mengenggam batang kontolku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku.
Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukkan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah.
Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka.
Setelah bangun tidur, kita mandi bersama.

Waktu berpakaian Tante Ina menciumku dibibir dengan lembut dan berjanji
nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasuki ke dalam kewanitaannya.

Sejak hari itu, selama satu minggu penuh,
setiap malam aku tidur dikamar tamu bersama Tante Ina dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam.
Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami.
Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta dirumah, Tante Ina datang bersama suaminya.
Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Ina menciumku di pipi sembari meraba kemaluanku,
tersenyum dan berbisik

“Jangan lupa dengan rahasia kita J.D.”.

Dua bulan kemudian Tante Ina pindah ke kota lain bersama suaminya.
Sampai hari ini aku tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku.
Dan aku merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku bersetubuh

dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis Tante Ina.

Kunikmati Perkosaan Itu

Aku adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di salah satu komplek
yang disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa anak,
suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan.
Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua.
Rumah yang kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku,
suamiku membeli rumah ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu” katanya.

Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas.
Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku.
Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.

Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma,
aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan di rumah,
rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.

Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku.
Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap.
Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut.
Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.

Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar
untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat.
Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.

Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar.
Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat.
Aku hanya melilitkan handuk pada badanku,
sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini.
Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.

Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan.
Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku.
Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule.
Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….

Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut.
Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok.
Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten.
Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu adalah harga mati.
Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku

Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku.
Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama,
matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.

Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku.
Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya.
Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku.
Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku,
aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku.
Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri
hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu.
Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar.
Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya.
Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku,
kusorongkan sedikit masuk ke dalam.
Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya
menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.
Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya
untuk menggesek-gesek klitorisku.

Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku.
Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot,
punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah,
seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya
akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme.
Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi,
demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula.
Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba,
kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku
yang masih berada di dalam liang senggamaku.

Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku.
Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.

“AGGHH.....” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat.
Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.

Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku,
tiba-tiba terasa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..

“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku.
Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku,
dan aku dalam keadaan telanjang....

Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku.
Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku.
Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain.
Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah.
Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan.
Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.

“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.”
Lelaki itu duduk disampingku.

“Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu, dengan KONTOL besarku ini cantik..”
Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku.
Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan.
Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.

Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku,
dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya
yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.

Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku.
Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting.
Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu.
Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya,
tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku.
hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak.
Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya.
Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku.
Dia berbisik dalam desahnya,

"Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan.
Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu".

Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir.
Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan.
Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku.
Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku.
Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri.
Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah.
Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku.
Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku.
Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan.
Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu.
Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.

Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal.
Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar.
Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku.
Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,

"Kamu cantik banget, kamu sangat mengairahkan sekali manis, tubuhmu, susumu agghh... sungguh indah... "
dia berusaha menenangkanku.

Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal.
Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya.
Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut.
Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat.
Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini,
tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.

Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya.
Pemberontakanku sia-sia.
Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku.
Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.

“ Agghhh... ssttt....” Bukan main rasanya. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku.
Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas.
Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.

Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir.
Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan
dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan.
Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah.
Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku.
Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam.
Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam..
Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku.
Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.

Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku
dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku,
aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku.
Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku.
Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku,
desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.

Laki-laki itu tiba-tiba merenggut sumpal mulutku. Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.

"Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. kamu budak sexku sekarang...."

Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku.
Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris.
Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku.
Aku meronta menjemput nikmat.
Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.

Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.

"Masukin... bang.. aughh… aku gak tahan... masukin kontol besarku kedalam memekku...sstt...aahh..."
aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.

Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya.
Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya.
 Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.

Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya.
Aku masih berkelojotan diranjang.
Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula.
Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian
melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku.
Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya.
Batang Kontol lelaki ini demikian gede dan panjangnya.

Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini.
Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu.
Ampuunn.. Sungguh mengerikan.
Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku.
"Arrgghh..." Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.

Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku.
Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar batang kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku. Cairan-cairan kewanitaanku membantu batang kontol itu memasuki kemaluanku.

“Blesek……..Blesek………. Ohh…... Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..”
Aku semakin meracau.

Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini
sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini.
Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat,
meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan....
Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga..
Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam
dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.

“Aagghh..sstt..aahh...Bang !!! Arrgghh... aku kenakann...Shit !!“ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan
menjalar di sekujur tubuhku.

Kami langsung roboh. Hening sesaat.
Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut.
Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar.
Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini.
Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta.
Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.


Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal.
Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah.
Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?....
kadang-kadang aku masih ingin melakukan hal yang sama.
Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta.
Dimanakah kamu...Si Abang Kontol besarku sekarang, aku butuh kamu...

TAMMAT