Jumat, 29 Oktober 2010

[Fun Fiction] Sarah Azhari

“Oom Henry! Oom harus tanggung jawab dong.. Masa hasilnya jadi kacau begini?!” teriak Sarah dengan keras ke arah Henry Yosodiningrat, pengacaranya yang sedang berusaha keras untuk menenangkan Sarah Azhari yang sedang kesetanan.

Mereka berdua sedang sewot menyusul hasil persidangan Sarah Azhari yang berakhir buruk, dan Sarah sebagai terdakwa dinyatakan bersalah oleh hakim dalam dakwaannya melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap Navis Qustubi, seorang wartawan infotainment.

“Saya ngerti Sar.. kamu lagi kalut. Kamu harus tenang dulu, karena saya jamin semuanya akan beres kalo kamu bisa tenang terlebih dahulu.” ujar Henry sabar sambil berusaha menenangkan Sarah yang dari 2 jam yang lalu tak kuasa menahan tangisnya.

“Sekarang saya musti ngapain lagi, Om! Coba jawab?! Semua permintaan Om udah saya penuhin. Duit berpuluh-puluh juta buat bungkem si hakim brengsek itu udah saya kasih.. Tapi masa hasilnya jadi kaya gini..”, Sarah mulai bernada pasrah, namun masih belum juga merendahkan nada suaranya.

Sudah dari siang ia bersembunyi di apartemen Henry Yosodiningat dan menghilang dari kejaran wartawan infotainment yang bagai lalat ketiban sampah, tak henti-hentinya mengelilinginya dan mengurung rumahnya mengharap sepatah dua patah kata berharga penuh makna keluar dari bibirnya.

Ia kini duduk lemas sambil menahan tangisnya, disampingnya Henry Yosodiningrat duduk sambil melingkarkan tangannya ke pundak Sarah, tetap berusaha menenangkan kliennya yang nampak makin histeris.

“Om tahu, hasilnya agak mengecewakan. Tapi itu semua diluar kuasa Om. Percaya deh, Om juga tidak mengira kita bisa ditipu dengan lihay oleh si bangsat itu.” Henry masih dengan suara beratnya memberi penghiburan bagi Sarah, layaknya seorang bapak kepada anaknya.

“Tapi Om.. saya ga boleh masuk penjara! Saya ga mau masuk penjara busuk itu!” Sarah mulai histeris lagi.

“Oke, oke.. gini aja. Oom masih punya satu peluru lagi. Kamu jangan nangis terus dong.. ” Henry pun akhirnya tampak mulai kehilangan kesabarannya menghadapi ulah Sarah yang ngga bisa tenang.

Mendengar jawaban Henry, Sarah pun mulai melunak,

“Maksud Om, masih punya peluru?”

“Udah. Kamu tenang aja. Om akan atur semuanya. Om akan telpon beberapa orang dulu, tapi Om mau kamu mandi dulu.. Supaya kamu segeran dan ga keliatan kumel kaya gini. Emangnya kamu ga cape dari tadi nangis abis 2 ember?!” ujar Henry kembali ke sifat kebapakannya.

Sarah pun mulai tersenyum menanggapi candaan Henry.

“Aah, Om jahat. Gue lagi pusing, masih diledekin juga..”

“Udaah! Mandi dulu gih sana! Make up kamu udah luntur gitu, kalo Om potret bisa seneng tuh wartawan-wartawan temen kamu itu,” ujar Henry sambil mendorong pantat Sarah yang montok untuk segera berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

“Iih.. pokoknya Sarah ga mau tau. Abis Sarah mandi, Om udah harus bisa bikin Sarah ga bakal nangis lagi, janji?” dengan genit Sarah merajuk namun ia mulai bisa melupakan kesedihannya untuk sementara.

“Kamu itu selaluuuu maen ngancem! Ga kapok apa udah ngancem si Navis?!” dengan gemas Henry membalas ancaman Sarah dengan mengelus dagunya lembut sambil berdiri dan melangkah ke arah ruang tamu untuk segera mengambil telepon.

Sarah keluar dari kamar mandi sambil berbalut kimono sutra berwarna hijau pupus. Persis seperti penampilannya di dalam iklan obat multivitamin untuk pria yang masih dengan gencar ditayangkan di tivi nasional. Sesudah 30 menit ia berendam dan kemudian merasakan hangatnya air shower menyiram tubuh seksinya, akhirnya ia bisa sedikit melepaskan kepenatan dan kegalauan hatinya yang tak kunjung usai, selepas hakim keparat itu mengumumkan vonis bahwa ia harus menjalani hukuman penjara selama 4 bulan.

“4 bulan penjara?! Hhhh… enak aja! Mendingan gue bunuh aja si hakim gebleg itu sekalian daripada gue nginep 4 bulan di penjara sial itu.” pikir Sarah sambil merengutkan mukanya pertanda kesal yang muncul masih sambil mengingat muka sang hakim ketika membacakan vonis untuknya.

Sambil mengibaskan rambutnya yang masih basah, ia berjalan keluar dengan kimono yang tak menyembunyikan keindahan paha mulusnya. Di ruang tamu, ia tak menjumpai Om Henry yang tadi menemaninya duduk di sofa tengah.

“Om? Om Henry?”, ia pun melangkah ke ruang kerja Om Henry sambil meneriakan namanya.

Ia sudah tak asing lagi dengan semua ruangan di apartemen ini, karena ia sering meminjamnya untuk sekedar bersembunyi dan menginap dua tiga hari untuk menenangkan diri dari kejaran wartawan. Maka dari itu, ia pun tak canggung untuk hanya berjalan mengelilingi apartemen ini dengan hanya mengenakan kimono tidurnya yang mini, toh Om Henry sudah dianggap ayah olehnya, dan perilakunya selama ini juga tak pernah menjurus ke arah hal yang bukan-bukan.

Henry Yosodiningrat dalam bayangannya adalah seorang pengacara yang profesional dan juga seorang yang sangat sabar dalam menghadapi semua keluhan-keluhannya.

Setelah semua ruangan Sarah kelilingi, jejak Henry Yosodiningrat masih belum muncul juga ke hadapannya. Ia pun mencari tas tangannya untuk mencari handphonenya untuk sekedar mencari tahu perginya Henry.

“Mungkin Om Henry turun sebentar ke bawah buat beli makanan,” pikir Sarah tanpa curiga.

Tepat ketika Sarah menemukan handphonenya, suara bel apartemen terdengar menandakan seseorang datang.

“Aah, itu dia! Pasti dia kelupaan kunci lagi”, Sarah pun meletakkan handphonenya lalu berbalik melangkah ke arah pintu apartemen untuk segera membukakan pintu.

“Dasar kakek-kakek pelup….” belum habis Sarah menyelesaikan kalimatnya, pintu pun terbuka dengan keras dan ia pun terdorong ke belakang karena kaget tak menyangka akan sambutan yang akan diterimanya dari balik pintu yang ia buka.

Ketika ia sudah melihat dengan jelas orang yang masuk dengan paksa ke dalam apartemen itu, dan menutup kembali pintu di belakangnya sambil menguncinya, ia pun berteriak histeris.

“Heh! Anjing lo ya?! Masih punya nyali lo dateng ke tempat ini?!”

Di hadapannya berdiri Navis, sang wartawan yang menuntutnya dan juga sekaligus orang yang paling Sarah benci dan ngga pengen ia liat untuk seumur hidupnya, sekarang berdiri tegak sambil tersenyum di hadapannya.

“Masih pake senyum-senyum segala?! Belum puas lo senyum-senyum di depan temen-temen wartawan lo yang bangsat itu, hah?” Sarah pun mulai meracau tak keruan sambil mulai maju ke arah Navis ingin melabraknya kembali seperti yang ia lakukan sebelumnya, yang kemudian menjadi awal perkara Sarah Azhari yang terkenal itu.

Namun Navis dengan tenang tanpa kesulitan berarti menangkap tangan Sarah yang kali ini berusaha menamparnya dengan kencang.

“Tenang dulu neng. Gue ga akan kesini kalo gue ga diundang.” Navis berujar pelan sambil melangkah maju perlahan ke arah ruang tamu.

“Eh, sialan lo! Yang mau ngundang lo kemari cuma setan kuburan yang ga bisa tenang kalo belum ngeliat muka lo ketawa di balik penjara!” teriak Sarah masih histeris sambil ia pun melayangkan tangan yang satu lagi ke arah muka Navis.

Tanpa repot, Navis pun menangkap tangan Sarah yang satu lagi sehingga kini kedua tangannya memegang tangan Sarah yang menggeliat-geliat penuh tenaga dengan mata melotot penuh amarah.

“Ck ck ck.. mulut lo itu beneran kotor ya?! Gue ga bisa ngebayangin apa teriakan lo pas si Om Henry ngerasain memek lo.” balas Navis yang mulai nakal melihat Sarah Azhari di hadapannya hanya berbalut kimono sutra yang dalam geliatan tubuhnya malah semakin membuat lekuk seksi tubuhnya semakin tampak jelas di mata Navis.

“Eh, tai kucing lo! Berani ngatain Om Henry kaya gitu?! Tunggu aja sampe dia datang kemari. Lo bakal dituntut masuk penjara sampe mampus karena berani nganiaya gue kaya begini.” Sarah mulai sedikit menyadari bahwa keadaan agak tidak menguntungkan baginya, karena ia hanya sendirian di ruangan apartemen ini.

Dan matanya menangkap kilatan nakal mata Navis yang menatap belahan dada montoknya yang terbuka lebar karena kimono yang ia kenakan memang tak cukup tinggi untuk menyembunyikan keindahan belahan dadanya.

“Udah deh! Ga usah ngarepin si Om. Sama gue sekarang aja, gue jamin lo bisa kelejotan ngerasain kontol gue ngerobek memek Arab lo!” Navis seperti makin terbuai dengan kata-kata kotor Sarah yang seakan mengundangnya untuk semakin berani.

Masih berusaha melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Navis, Sarah pun semakin terdorong mundur ke arah sofa tengah dimana tadi ia duduk. Ia kini semakin yakin bahwa Navis sudah mulai tak terkendali. Ia faham betul arti tatapan mata lelaki yang melotot penuh nafsu ke arahnya sekarang ini, yang disebabkan kimono sutranya tak kuasa menutupi tubuh seksi dan montok yang telah membuai jutaan pria di layar kaca. Di benak lelaki seperti ini, hanya ada nafsu liar penuh birahi yang ia tahu betul kemana arahnya.

Navis pun melepaskan genggaman tangannya sambil mendorong Sarah dengan keras ke arah sofa di belakangnya. Mata wartawannya yang terlatih sekilas melihat bayangan gelap di selangkangan Sarah Azhari yang tersingkap sedikit ketika duduk terjatuh di atas sofa itu. Benaknya langsung menari-menari kegirangan mengetahui Sarah tak mengenakan celana dalam di balik kimono mininya itu.

“Aauw! Oke-oke.. Ga usah maen kasar begini dong..” Sarah mulai melunak menyadari bahwa ia berada di ujung tanduk dan ia tak bisa mengharapkan bantuan orang lain untuk menyelamatkannya saat ini.

Ia harus berpikir keras bagaimana caranya meredam nafsu liar binatang yang berdiri di depannya agar ia bisa mengendalikan situasi.

Melihat Sarah yang mulai melunak, Navis pun berdiri tenang di hadapan Sarah yang duduk mencoba merapikan kimononya yang tersingkap kemana-mana.

“Ga usah dirapiin lah Sar. Bentar lagi tu baju juga udah ga nempel lagi di badan lo!” ujarnya sambil tersenyum penuh arti.

“Nngg. Gini deh. Gue tau persis apa yang lo mau. Tapi lo ga bisa dapetin itu dengan gratis dong. Gue mau lo urus sesuatu di pengadilan, baru deh lo bisa puas-puasin nikmatin badan gue.. ” ujar Sarah pelan sambil tersenyum dipaksakan.

Ia berusaha membujuk Navis agar bisa lebih tenang, dan dengan demikian ia berharap bisa mengendalikan suasana. Toh, sebagai seorang wanita cantik berbodi super seksi yang biasa berakting di sinetron, hal seperti ini adalah hal biasa baginya.

Navis hanya tertawa terbahak mendengar tawaran Sarah Azhari yang kini nampak semakin menggoda dengan senyumnya yang seakan malah mengundang Navis untuk semakin berani melakukan apa saja terhadapnya.

“Sar.. Sar, Lo bukan dalam posisi ngasi tawaran sama gue. Kalo pun gue mau jebol lobang pantat lo sekarang, lo ga bisa apa-apa juga kan?” Navis pun mulai berani nakal, dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh toket Sarah yang benar-benar menantang dibalik kimono tipisnya.

Udara AC yang dingin, membuat kedua puting toket Sarah mengeras dan membuatnya nampak terjiplak jelas dari luar kimononya, Navis pun semakin geregetan dibuatnya.

Sarah Azhari kini sadar bahwa lelaki di hadapannya ga bisa dikuasai dengan mudah. Ia baru ingat bahwa Navis yang mulai menggerayangi toketnya adalah seorang wartawan. Jadi memang bukan hal sulit bagi wartawan untuk bersilat lidah dengan seorang artis.

Otak Sarah berputar keras mencari akal bagaimana caranya ia bisa lepas dari tangan Navis, sementara tanpa ia sadari Navis yang sudah semakin bernapsu kini malah sudah berhasil melonggarkan tali kimono Sarah, sehingga tangannya semakin bebas bermain-main dan meremas-remas toket Sarah yang membusung indah.

“Eeh.. jangan kasar begini dooong.. ” ujar Sarah berusaha memainkan suaranya dengan lihai hingga bernada merayu, walaupun sebenarnya ia benci setengah mati dengan setan busuk yang sekarang malah mulai menjulurkan lidahnya untuk menikmati toketnya dengan ganasnya.

“Sini aku bukain baju lo dulu deh.. biar lo lebih enak,” Sarah mulai menjalankan strateginya dan mulai mendorong Navis perlahan untuk duduk di sofa, dan ia mencoba untuk berdiri mengambil posisi yang lebih menguntungkan baginya untuk mencoba melarikan diri.

Namun tanpa disangka-sangka, Navis malah melayangkan tangannya dan menampar muka Sarah dengan kencangnya. Kontan Sarah Azhari sang artis seksi itu pun terjatuh kembali ke sofa empuk di belakangnya, sehingga ia kini dalam posisi tertidur. Sarah yang kaget bukan main karena Navis malah menyerangnya tiba-tiba, tanpa bisa berkata-kata ia meraba bibirnya yang terasa sedikit berdarah karena tamparan Navis yang sangat kencang barusan.

Navis yang nampaknya belum puas dengan tamparannya barusan, langsung menarik dan merobek kimono yang dipakai Sarah, sehingga kini kedua toket Sarah yang membusung tampak terlihat jelas keindahannya.

Navis pun berada di atas angin, dengan kasar ia pun memaki Sarah.

“Lo pikir lo bisa gampang ngibulin gue hah? Perek sialan! Cewe kaya lo cuma pantes buat diperkosa pake cara kasar. Lo belum pernah kan diperkosa ama orang jalanan kaya gue. Biar lo rasain bedanya laki-laki sejati ama laki-laki bencong yang selama ini ngerasain memek lo!!” sambil menyelesaikan makiannya, Navis pun merangsek dan mengarahkan mukanya ke arah selangkangan Sarah.

Sarah Azhari yang masih syok dengan serangan Navis yang bertubi-tubi tak menyangka bahwa ia sudah nekat dan sekarang sedang mengancam memeknya. Kedua tangannya berusaha menahan muka Navis yang sudah demikian dekat dengan memeknya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melawan kuasa nafsu binatang Navis yang sudah demikian liar.

Namun Navis memiliki tenaga yang luar biasa besar. Walaupun Sarah menahan kepala Navis dengan kedua tangannya, ia tetap saja mampu maju menjulurkan kepalanya hingga akhirnya mulutnya berhasil memagut bibir memek Sarah yang masih terlipat rapi. Dengan buas dan penuh nafsu, ia melalap memek Sarah dan memainkan klitoris Sarah yang masih menguncup dengan lidahnya melalui gerakan naik turun yang lihay.

Sarah yang kalah tenaga, hanya bisa mengerang murka.

“Aaaaahhh… anjiiinnng. Goblok lo! Bangsat bajingan.. Gue ga rela diperkosa ama bangsat kaya elo..!”

Dalam hatinya kini berkecamuk perasaan jijik dan terhina karena dirinya yang artis kelas atas Indonesia bisa dipermainkan oleh pria hina dan tak bermoral seperti Navis. Baru kali ini ia merasa dipermalukan seperti ini. Biasanya ia bisa mentolerir orang-orang seperti Navis yang hanya bisa berkomentar nakal dan menggodanya ketika ia harus berhadapan dengan mereka. Namun ketika kali ini memeknya dilumat-lumat oleh salah seorang dari golongan wartawan yang menurutnya adalah golongan rendah, harga dirinya terkoyak dan ia merasa murka luar biasa.

Kedua tangan Navis kini bekerja dengan giat membuka kedua kaki jenjang Sarah lebar-lebar, sehingga ia bisa dengan lebih leluasa menikmati harumnya memek Sarah.

Ia begitu bernafsu menjilat dan mengulum kelentit Sarah yang cukup besar untuk ukuran wanita Indonesia. Mungkin karena Sarah Azhari memiliki darah keturunan bangsa Arab, sehingga semua organ vitalnya juga mengikuti leluhurnya. Yang pasti wangi dan harum memek Sarah Azhari yang baru saja selesai mandi seperti ini, membuat Navis lupa daratan dan menyapu semua sudut memek Sarah dengan lidahnya dan mulai menusuk-nusuk ke bagian liang dalam dari memek Sarah.

Dan hasilnya memang langsung kelihatan. Walaupun Sarah Azhari meronta-ronta dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan memeknya dari serbuan mulut Navis, namun hati kecilnya dan alam bawah sadarnya mengatakan bahwa jilatan dan kuluman Navis di memeknya mulai membawa rangsangan yang dengan cepat naik ke otaknya.

Mulutnya masih mengeluarkan makian-makian kotor.

“Lepasin gue, Bangsat!!! Gue ga rela!”

Namun jauh di dalam hatinya, ia mengakui bahwa memeknya menikmati semua perlakuan kasar dari lidah Navis di semua area selangkangannya yang sudah lembab dan basah dijelajahi oleh Navis.

Tanpa sadar, Sarah malah mengeluarkan erangan nikmat tak sengaja,

“Hhhhhhh… sshhhsss!”

Tangannya berusaha mendorong kepala Navis agar melepaskan lidahnya dari penyiksaan nikmat terhadap memeknya. Namun mulutnya berkata lain,

“Nnggggghhhh..”

Navis pun sadar betul akan hasil emutannya terhadap memek Sarah. Mendengar erangan dan lenguhan Sarah akan aksinya di selangkangannya, Navis pun semakin pede lalu dengan kedua tangannya, seketika ia mengangkat kedua kaki Sarah, sehingga terangkat ke arah mukanya sendiri. Ia menekan lutut Sarah hingga kini menempel ke bahunya sendiri, membuat posisi memeknya menjadi terbuka lebar sementara Navis yang berada di depannya, kini mulai membuka celananya dan begitu ia terbebas dari belenggu celana dalamnya, tampaklah kontolnya yang sudah tegak berdiri pertanda ia pun sudah terangsang sempurna.

Sarah hanya bisa melongo melihat kontol Navis yang tak disangkanya ternyata berukuran lebih besar dari kebanyakan pria yang sudah pernah menidurinya. Sesaat ia pun lupa bahwa Navis yang berkontol besar dihadapannya ini adalah bajingan yang sesaat lagi hendak memperkosanya.

Melihat Sarah yang dalam kondisi terpana, Navis pun tersenyum.

“Jangan takut Sar.. selama ini belum pernah ada yang kecewa kok ama kontol gue. Gue jamin, lo pasti teriak-teriak minta dikocok lagi!”

Mendengar perkataan Navis, Sarah pun tersadar bahwa ia sudah di ujung tanduk. Sesaat lagi ia akan diperkosa oleh Navis, wartawan pinggiran yang sama sekali tak sepadan dengan status dirinya yang artis papan atas. Ia pun mengerahkan segala tenaganya untuk melepaskan diri dari Navis. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, ia berusaha bangkit dari kurungan Navis,

“Anjiing! Lo ga akan bisa perkosa gue! Bangsaaat..” suara Sarah yang histeris hanya membuat Navis semakin nafsu untuk segera memasukkan kontolnya ke memek Sarah.

Ia pun menindih tubuh Sarah yang gagal untuk melepaskan dirinya. Dengan tangannya yang memegangi kedua betis Sarah, sekaligus mengunci tubuhnya hingga ia tak bisa bergerak bebas, Navis pun mengarahkan ujung kontolnya yang 18 cm panjangnya, tepat diatas lubang memek Sarah Azhari yang sudah basah berkilat-kilat.

“Aaaaahhh… Hhhhgggghhh! Taaaiiiii!!! Gobbloook!” Sarah hanya bisa meracau tak keruan, kesal dan murka karena dirinya tak kuasa untuk menahan Navis yang kini perlahan-lahan sudah memasukkan kontolnya hingga ujungnya kini malah sudah menyentuh dinding dalam memek Sarah.

Navis pun membiarkan kontol panjangnya untuk beradaptasi sejenak dengan sempitnya memek Sarah..

“Lumayan Sar.. memek lo masih bagus. Gue kirain lo punya udah dower karena keseringan dikocok-kocok ama orang laen” sambil kemudian Navis pun menggetarkan pantatnya sehingga kontolnya yang berada dalam memek Sarah ikut bergoyang dan hasilnya Sarah pun berteriak antara murka, kegelian atau keenakan,

“Eehhh, Anjiiing ngggghhhhh… ! Lo ngapain?!”

Navis pun tertawa senang melihat reaksi Sarah yang tidak menyangka akan getaran kontolnya yang seringkali memang menjadi senjata andalannya dalam memulai ritual permainan seksnya. Ia sangat senang, karena biasanya ia hanya bisa mainin kontolnya di memek cewe-cewe panti pijat murahan, namun sekarang ia seakan mendapat rejeki nomplok. Memek Sarah Azhari artis sinetron yang jadi pujaan banyak pria hidung belang, kini berada dalam kuasa kontolnya, dan ia berniat untuk menikmati perkosaan ini selama mungkin.

Kini ia pun mulai mengocok kontol panjangnya, masuk keluar memek Sarah secara perlahan, sambil ia memejamkan matanya dan menikmati betapa sempit dan nikmatnya memek Sarah yang seakan-akan merespon gerakan kocokan kontolnya dengan begitu pas. Memek Sarah mengedut-ngedut dan memijat pelan setiap kali kontol Navis bergerak memasuki lorongnya.

Pijatan memek Sarah terhadap kontol Navis yang sedang mengocoknya, seakan-akan sudah berjalan otomatis, menandakan bahwa memeknya juga menikmati perkosaan ini. Sarah yang kini mulai terpengaruh oleh kenikmatan yang dirasakan memeknya, mulai bingung akan reaksi yang harus ia berikan.

Ia sadar, memeknya sudah menyatakan bahwa kontol Navis memang diatas rata-rata. Pijatan memeknya yang juga menjadi kebanggaannya, hanya muncul secara otomatis bila ia memang juga menikmati permainan seks yang menggebu-gebu seperti sekarang ini. Bedanya kali ini, ia bukan bermain dengan pacar-pacarnya yang biasanya merupakan laki-laki tampan dan wangi. Di hadapannya sekarang ini, adalah Navis, seorang wartawan yang berpakaian kemeja flanel kumal, dan bau. Namun, kondisi Navis sekarang ini malah membuat Sarah mulai kehilangan konsentrasi. Mungkinkah kekontrasan Navis dibanding pacar-pacarnya selama ini malah membuat ia terangsang hebat dengan cepatnya?

Ia akui, biasanya nafsu seksnya ga pernah naik secepat ini. Apalagi semua laki-laki yang biasanya mengemis-ngemis untuk bisa tidur dengannya, pasti memperlakukannya secara lembut seperti seorang putri. Semua lelaki akan takluk dan dengan sopan seperti kucing akan bersedia menuruti segala kemauannya.

Namun perlakuan kasar yang ia terima sekarang dari Navis, sama sekali belum pernah ia rasakan dari lelaki manapun. Kontrol akan lelaki yang biasanya dengan mudah ia kendalikan kini seakan tak berlaku lagi. Hal inilah yang membuatnya beringas sekaligus terangsang dengan hebat. Ia sadar, memeknya sudah takluk akan kocokan kontol Navis yang bergerak bukan saja maju mundur namun sekaligus membor memeknya dengan gerakan berputar yang memberikan kenikmatan sempurna bagi memeknya.

Sekarang tinggal Sarah yang berjuang keras untuk tetap bisa mengontrol dirinya dan tidak melepaskan kendali atas nafsu liar yang sudah demikian meletup-letup didalam dirinya.

“Nnnnggggghhhhh…pp!” Ia berusaha mengendalikan lenguhannya yang seakan memberontak atas kemauan dirinya untuk tidak menikmati pemerkosaan ini.

“Njjing! Lo boleh berhasil perkosa gue.. tapi gue sama sekali ngga..” sebelum Sarah berhasil menyelesaikan kalimatnya, Navis malah membungkam bibir seksinya dengan bibirnya sendiri.

Ia pun melumat gencar bibir Sarah Azhari yang tak menyangka Navis berani meluncurkan serangan ke mulutnya.

Dalam usahanya menghindar dari pagutan Navis, ia malah seakan memberikan kesempatan bagi Navis untuk menikmati bukan saja mulut seksinya, namun juga leher jenjangnya. Hal ini malah membuat Navis semakin senang dan bersemangat menghisap, menjilat dan menciumi sekujur muka dan leher Sarah Azhari. Aroma Sarah Azhari yang begitu harum ia nikmati bukan saja dari mulutnya yang wangi, namun juga dari lekukan leher Sarah yang aromanya begitu bikin ia mabuk dengan birahinya sendiri.

“Aaaahhh… hhheeeuuuhhh..” Sarah kini mulai kehilangan konsentrasinya.

Ia mulai tak tahan akan rangsangan dan ciuman bertubi-tubi Navis di lehernya. Ia harus mengakui, seluruh titik rangsangannya sudah dilalap sempurna oleh Navis. Mulai dari memeknya yang biasanya tak merespon sembarangan kontol dengan pijatan-pijatan khasnya, hingga lehernya yang menjadi titik lemah dari kontrol birahi Sarah.

Pagutan Navis yang membuahkan bekas-bekas merah di lehernya membuatnya mendesah keras, dan mulai menggerakkan tubuhnya seakan ia memang berada dalam permainan seks yang nikmat, dan bukan pemerkosaan yang brutal.

“Nngggghhh.. gue.. ga… taaaahhh… aaann…!” Sarah pun mengeluarkan tanda menyerahnya sambil terengah-engah.

Ia akhirnya harus mengakui bahwa ia juga sepenuhnya menikmati kocokan kontol Navis di memeknya yang sekarang sepertinya sudah sangat dekat akan ledakan orgasme pertamanya.

Navis pun sadar, bahwa Sarah sudah berada dalam genggaman birahi dan permainan seksnya. Ia percaya, sekarang Sarah tak akan memberontak lagi, sehingga ia pun berani melepaskan kunciannya.

“Aaaaahhhh… aaaannnjjiiinnnnggg!” teriak Sarah dengan histeris menandakan bahwa orgasme pertamanya begitu dahsyat, sehingga ia meracau dengan tak terkendali.

Navis pun merasakan kedutan dan semburan cairan orgasme dari memek Sarah yang membuatnya tersenyum lebar.

“Hehehe… enak kan Sar?”

Ia kini menarik tubuh Sarah untuk berdiri. Navis sendiri duduk di sofa empuk yang tadi ia jadikan tempat pemerkosaannya. Sarah yang masih lemas dan tak menyangka orgasme pertamanya begitu dahsyat.. mengikuti dengan pasrah perintah Navis yang mengarahkannya untuk duduk mengangkangi kontolnya. Posisi Sarah yang kini menduduki Navis yang duduk di sofa, membuatnya bebas untuk melarikan diri. Namun hal ini tak ia lakukan. Ia kini tak bisa berpikir dengan jernih lagi. Yang ia ingin rasakan adalah kenikmatan bertubi-tubi dari kontol Navis yang kini sedang berada di bawah memeknya yang masih mengedut-ngedut ringan akibat pengaruh permainan kontol Navis barusan.

Sambil memegang bahu Navis sebagai pegangan, Sarah pun mulai menurunkan lubang memeknya hingga pas berada di ujung kontol Navis yang masih berdiri tegak dan keras.

“Punya lo kok masih keras gini, hah? Lo pake obat ya?” ujar Sarah yang walaupun sudah tak berontak namun tetap bernada galak.

“Aahh.. udah lah. Lo genjot aja kontol gue.. Ga usah banyak tanya!” jawab Navis sambil tangannya memegang panggul Sarah dan menekannya ke bawah sehingga kontolnya mulai memasuki memek Sarah kembali yang hangat.

“HHmmmppphh! Aaahhhhssss… ” Sarah hanya bisa memejamkan matanya, merasakan betapa nikmatnya kontol Navis yang begitu besar mengisi lorong memeknya dengan sempurna.

Sebagai jawabannya, ia kini mulai menggenjot kontol Navis dengan gerakan yang begitu liar. Naik turun dan putaran pinggulnya membuat pantatnya beradu keras dengan kedua paha Navis, hingga berbunyi “Plak.. plaks… ceplaks!” dengan kencangnya.

“Hmmmmhh.. Ternyata jago juga lo ngebor kontol ya, perek?” Navis berbicara kotor pada Sarah, sambil merem melek keenakan merasakan kocokan memek Sarah atas kontolnya.

Perkataan kotor Navis, malah membuat Sarah semakin bergelora. Ia meraih salah satu toketnya, lalu menyodorkannya ke mulut Navis yang langsung merespon dengan sigap.

Puting Sarah yang memang sudah mengeras karena udara dingin dan juga karena gelora nafsu birahi yang menguasainya, dilumat oleh bibir Navis dengan penuh nafsu. Ia sedot dan jelajahi dengan lidahnya semua area puting toket Sarah yang begitu kenyal dan besar.

“Aahhhhss… Enaaaak… terruusss bangsaaat!” Sarah pun menjawab dengan perkataan yang tak kalah kotornya.

Ia melemparkan kepalanya kekiri dan kekanan, membuat rambut panjangnya berlenggak lenggok dengan indah seperti gadis di iklan shampoo, sebagai pertanda ia begitu menikmati permainan seks yang sudah lama tak ia rasakan dengan begitu liarnya.

Kini Navis praktis hanya duduk manis dan membiarkan Sarah menguasai permainan dengan dahsyatnya lenggak lenggok pinggulnya mengocok kontol yang masih dengan kuat bertahan. Ia setengah mati menahan gejolak kontolnya agar jangan meledak terlebih dahulu. Ia masih ingin merasakan semua kenikmatan yang bisa ia raih dari tubuh Sarah Azhari.

“Shhiiiit! Kontooolll Elo enaaaaakkk bangeeeett! Entooooooootttt guaaaaaaa!” Sarah berteriak histeris dan ambruk merebahkan dadanya ke tubuh Navis di depannya, bersamaan dengan ledakan orgasme kedua yang dirasakan sangat nikmat oleh Sarah mengisi sekujur tubuhnya.

Memeknya berkedut-kedut kencang sekali, sekaligus memijat kontol Navis dengan remasan-remasan mesra. Seluruh tubuhnya kini basah berkeringat dan menempel lengket dengan tubuh Navis yang juga tak kalah basah.

Masih dalam posisi Sarah menduduki kontolnya, Navis pun memeluk Sarah dan mulai mengelus-elus punggung Sarah, lalu bagaikan kekasih yang baik ia mengecup bahu Sarah dengan lembut.

Sarah yang masih terpejam merasakan nikmatnya orgasme keduanya, sejenak melupakan siapa orang yang sedang mengecupnya saat ini. Yang ia tahu, seisi relung tubuhnya sedang bergejolak merayakan perayaan besar yang sudah lama tidak ia rasakan.

Navis pun beranjak dari atas sofa lalu berdiri sambil memegangi Sarah yang masih lunglai lemas sambil terpejam. Ia berdiri di depan Sarah lalu kemudian memutar tubuhnya, sehingga kini ia berada di belakang Sarah. Kedua tangannya mengelus toket Sarah dengan lembut dari belakang, lalu ia pun mengecup leher dan bahu Sarah dengan perlahan dan penuh kemesraan.

Sarah yang masih terlena, pun tersenyum dan melirik sebentar ke arah Navis yang sedang sibuk memberi kenikmatan di titik terlemah di lehernya.

Kontol Navis yang masih juga tegang dan keras terasa menekan belahan pantatnya dari belakang dengan perlahan.

“Lo gelo juga ya? Gue udah kelejotan kaya gini, kontol lo masih belum keluar juga!” Sarah hanya berkata lembut mengomentari gerakan kontol Navis yang bergerak ringan menggoda belahan pantatnya.

“Hmmmm..” Navis hanya menggumam ringan, sambil memandu tubuh Sarah, sehingga kini kedua tangannya berpegangan ke sandaran sofa.

Dengan posisi yang agak menungging seperti ini, Sarah pun segera faham bahwa Navis ingin mengocok memeknya dalam posisi doggie style sambil berdiri.

“Hehe.. anjing lo ya, tau aja kalo gue paling suka kalo di doggy dari belakang.” Sarah sudah lupa daratan.

Yang ia tahu sekarang, ia adalah budak dari Navis. Dan untuk semua kenikmatan yang sudah ia peroleh, ia pasrah akan semua perlakuan Navis kepada tubuh montoknya. Yang ia inginkan adalah kenikmatan demi kenikmatan datang dan meledak di dalam tubuhnya.

“Hehe.. artis perek, lo udah siap buat gue jebol dari belakang?” Navis pun buka suara seakan menandai serbuan kontolnya yang sebentar lagi akan beraksi.

“Ah, rese lo! Buruan masukin kontol gede lo… Memek gue udah dingin lagi nih..” Sarah pun menjawab ancaman Navis dengan nada gurauan.

“Siapa bilang memek lo? Gue mau jebol lobang pantat lo yang seksi ini.. Gue yakin pasti belom ada yang merawanin lobang pantat lo kan, Sar.. hehehe.” Navis pun mulai menggerakan kontolnya ke permukaan dubur Sarah.

“EEEHHHH! Apaan tuh! Gue ga mau dianal!! Anjiiiiiiiing Lo!!” Seketika Sarah pun panik ketika menyadari bahwa Navis telah menjebaknya.

Namun posisinya yang terkunci seperti ini membuatnya tak berdaya untuk melepaskan dirinya.

Navis pun semakin beringas mendengar erangan Sarah yang panik. Birahinya semakin naik, dan dengan cepat ia menusukkan kontolnya yang besar ke lubang dubur Sarah yang masih sempit..

“AAAAAAAAAGGGGHHHHHH!! Sakiiit Bangsaaat!!” Sarah melotot kesakitan akibat tekanan paksa kontol Navis di lubang duburnya yang masih kering.

Ia tak kuasa menahan air matanya yang keluar karena rasa sakit yang teramat sangat. Sementara Navis yang baru berhasil memasukkan 2/3 kontol panjangnya, mendiamkannya sebentar, agar lubang dubur Sarah beradaptasi sejenak dengan batang besar di dalamnya.

“Bang.. gue mohooon, gue jangan dianal bang.. Sakit bangeeet..” dengan memelas Sarah berusaha memohon kepada Navis, yang sekarang malah sudah dipanggilnya abang.

Harga dirinya benar-benar runtuh sekarang. Mendengar hal ini, Navis malah tertawa terbahak-bahak..

“Alaah, udah lah. Bentar lagi juga udah ga sakit. Ntar palingan lo minta nambah. Dasar perek binal!” Sambil kemudian ia memasukkan sisa ujung kontolnya ke dalam dubur Sarah.

“HHHggggghhhhhaaaaaaaaaaanjiiiiiing!” Sarah pun roboh tak bertenaga di atas sofa empuk itu karena rasa sakit yang tak terperi menderanya.

Namun Navis dengan sigap segera memegangi tubuhnya yang lunglai, kedua tangannya langsung mendekap dan menopang toket Sarah yang tergantung indah di balik punggungnya.

Sambil meremas-remas toket Sarah yang kenyal dan montok, Navis pun mulai menggenjot kontolnya maju dan mundur, masuk keluar lubang dubur Sarah yang kali ini sudah menganga lebar karena desakan paksa kontol Navis yang sangat besar di lubang dubur Sarah yang sempit.

Sambil menggigit bibirnya, Sarah merasakan betapa ngilunya lubang pantatnya akibat gesekan kontol Navis yang menggenjotnya tanpa belas kasihan. Semakin dalam Navis memasukkan kontolnya, terasa semakin luar biasa rasa sakit yang dirasakan Sarah hingga akhirnya ia meneteskan air mata, tak tahan dengan rasa sakit yang menderanya.

Gesekan Navis mulai melukai lubang dubur Sarah hingga lecet dan mulai mengeluarkan darah. Namun hal ini malah membuat Navis semakin panas dan bernapsu untuk menggenjot dengan lebih cepat.

“Hmmmmmhhhhh…, gila enak bangeeeet! Pereeek, rapet bangeet!” Navis mulai meracau dan merasakan gelombang birahi erotis di dalam tubuhnya mulai bertalu-talu naik dengan cepat dan segera mencapai klimaksnya.

Sarah sudah tak bisa lagi merasakan lubang duburnya. Rasa sakit yang teramat sangat membuatnya kebal dan hanya bisa merasakan betapa besarnya kontol Navis yang masih terus menggenjotnya dengan bernapsu. Rasa sakit akibat lecet di duburnya yang mulai menghilang kini berganti dengan rasa birahi yang perlahan mulai menguasai dirinya. Terlebih remasan tangan Navis di kedua toketnya mulai dirasakannya sebagai pijatan lembut yang menenangkan hatinya.

“Hhhh… baaaaangg… ampuuuun baaaang, gue ga tahan niih” Sarah pun mulai bingung antara harus minta ampun atau minta Navis memberikannya klimaks berikutnya.

Ia merasakan bahwa gelombang orgasme di dalam tubuhnya mulai datang dan bagai ombak yang berdebur perlahan, semakin membuatnya terbuai. Tanpa ia sadari, salah satu tangannya mulai meraba klitorisnya sendiri. Lalu seirama dengan genjotan kontol Navis di lubang duburnya, ia pun menggelitik kelentitnya yang sudah menegang dan membesar akibat rangsangan dari tangannya sendiri.

“Nggghhh.. anjiiiing, enaaaak…!” Sarah pun meringis keenakan sambil terpejam dan tersenyum, karena ia tahu, sebentar lagi orgasme yang maha dahsyat akan segera melanda dirinya.

“Anjjis Saaar…. bool elo kenceng banget! Pereeeeeek!!! Rasain peju guaaaaa!”, Navis pun berteriak kencang ketika akhirnya ia meledakkan spermanya bersamaan dengan ditariknya kontolnya dari lubang dubur Sarah Azhari.

Hasilnya, muncratan demi muncratan sperma hangat berhamburan di punggung Sarah yang mulus.

“Hhggghh.. nnnngggghhhh… nnnggggaaaaaaaahhhhh!!!!!” muncratan sperma Navis dipunggungnya seakan memicu ledakan orgasme maha dahsyat yang sudah ditunggu-tunggu oleh Sarah.

Memeknya seakan meledak dan berkedut-kedut dengan liarnya, sembari tangannya masih menggesek kelentitnya secara perlahan, seakan berusaha memperpanjang dan menikmati orgasme yang sedang membuai dan menenggelamkan dirinya.

Melihat Sarah yang sedang dimabuk orgasme, Navis pun membalikkan tubuh Sarah dan mendudukannya di sofa. Lalu ia dekatkan kontolnya yang masih berkedut-kedut ringan memuncratkan sisa-sisa spermanya ke muka Sarah yang masih terpejam.

Seakan mengerti akan cipratan-cipratan hangat di mukanya, sambil masih terpejam, Sarah pun menjulurkan lidahnya mencari sumber cipratan yang tak lain adalah kontol Navis yang masih setengah tegang. Lidahnya dengan telaten menjilati dan membersihkan kontol Navis dari sisa-sisa sperma yang berlelehan di batang kontolnya.

Pemandangan yang indah ini, segera saja dimanfaatkan oleh Navis untuk dijadikan dokumentasi melalui kamera handphonenya.

Sarah yang masih keenakan merasakan orgasmenya sendiri, sembari menjilati dan membersihkan kontol Navis dengan telaten, tak sadar akan kamera hp Navis yang menjeprat-jepret dengan jelas wajahnya yang sedang merem melek mengulum kontol Navis.

Setelah kontolnya bersih dan mengkilat setelah dijilati lidah Sarah Azhari yang hangat, Navis pun segera bangkit dan beranjak berdiri mengambil pakaiannya yang berserakan.

Sarah yang masih telanjang bulat dan diceceri sperma Navis di sekujur muka dan punggungnya kini berselonjor tiduran di sofa, sambil membuka matanya dengan lemah, ia mulai merasakan redanya gelombang orgasme di dalam tubuhnya.

“Heeii.. bangsat, gue ga nyangka kontol lo sedahsyat ini. Anjing lo ya!” ujarnya ringan sambil tersenyum simpul, mengakui kehebatan kontol Navis dengan candaan bahasa kotor yang biasa ia lakukan dengan teman-teman prianya.

Navis pun balik tersenyum lalu berkata.

“Hehe.. sama lah Sar. Memek lo juga enak. Apalagi gue bisa ngejebol bool lo untuk pertama kalinya. Gue ga nyangka bool lo masih perawan.”

“Emang bajingan lo! Sakit banget tauu..” ujar Sarah manja, namun seakan diingatkan, kini Sarah mulai merasakan perlahan lubang duburnya sudah hilang rasa kebalnya dan rasa ngilu dan perih perlahan muncul akibat luka hebat yang masih menganga di bibir duburnya.

Melihat Navis yang melangkah pergi dan menuju pintu apartemen, Sarah pun memanggilnya,

“Heh.. bangsat, maen pergi aja. Kalo gue mau dapet orgasme dahsyat kaya gini lagi.. Gue bisa panggil elo dimana?”, dengan nada centil dan binal yang khas dirinya.

Seperti sudah melupakan apa yang dilakukan Navis dengan paksa terhadap dirinya, kini Sarah sudah menganggap Navis sebagai salah satu teman pria yang baru saja bermain seks dengannya.

Namun jawaban Navis betul-betul di luar dugaan,

“Haha.. sorry perek cakep. Lo ga mungkin gue puasin lagi.. Soalnya kontrak gue cuma sekali ini doang. Tapi gue ga nyesel kok, memek ama bool elo emang kualitas perek kelas satu!” sambil mulai membuka pintu apartemen dan melangkah perlahan keluar.

Sarah yang kebingungan mendengar jawaban Navis pun bangkit duduk dan berteriak.

“Eh…, kontrak? Kontrak apaan bangsat?!”

“Tanya aja ama Om Henry kesayangan elo itu.” jawab Navis sambil berlalu dan menutup pintu apartemen yang kemudian mengunci dengan otomatis.

Jawaban pendek Navis yang terakhir ini seakan menjadi gledek yang menggetarkan tubuh Sarah Azhari yang sekarang duduk terbengong tak percaya. Kedua matanya yang bulat dan nyalang terbuka tampak kosong, sepolos tubuhnya yang mulus yang terduduk di atas lembutnya sofa.

Perlahan ia berusaha memahami apa yang bakal terjadi pada dirinya setelah perkosaan yang dilakukan dengan terencana oleh Navis Qurtubi dan Om Henry Yosodiningrat yang sangat dipercayainya itu.

Jebakan Pak Dhe

Ceritaku ini bermula ketika aku sedang memenuhi panggilan interview pekerjaan di pusat kota Surabaya,
meski lulusan sebuah perguruan tinggi yang cukup ternama di Malang
namun berpuluh kali aku mengikuti interview namun tak satu pun mengangkatku menjadi salah satu pegawainya.

Aku menginap di rumah tetangga kampung yang pindah ke Surabaya
namun sudah ku anggap saudara sendiri karena mereka cukup baik pada keluargaku
dan sudah kuanggap sebagai keluarga dan aku memanggil mereka PakDhe dan BuDhe,
hari itu kebetulan aku sedang mengikuti interview di hotel Tunjungan Plasa Surabaya.

Oh ya.. namaku Rinelda. 24 tahun. Aku pernah menjadi Finalis Putri sebuah kontes kecantikan di Malang,
Aku pernah menikah tapi belum mempunyai anak karena usia perkawinanku baru berjalan 4 bulan
dan sudah 3 bulan ini menjanda karena suamiku sangat pencemburu akhirnya ia menceraikan aku dengan alasan
aku terlalu mudah bergaul dan gampang di ajak teman laki-lakiku.

Dari teman dan suami aku mendapat pujian bahwa aku cantik,
tubuh yang cukup sintal dengan tinggi 173 cm mulus dan 2 bongkahan susu yang gede
tapi untuk ukuran seorang janda tak mengecewakanlah, cocok dengan body ku yang cukup atletis.
Soal sexs, dulu setiap ber “ah-uh” dengan suamiku aku merasa kurang,
mungkin karena gairah sex yang kumiliki sangat kuat
sehingga kadang-kadang suamiku yang merasa tak mampu memuaskan tempikku,
meski aku bisa orgasme tetapi masih kurang puas!

Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 16.15 menit,
aku sedikit dongkol karena seharusnya aku sudah dipanggil sejak pukul 15.00 tadi,
padahal aku sudah datang sejak pukul 14.30 tadi.

“He..eh” aku pun cuma bisa menggerutu sambil mencoba untuk memahami bahwa aku butuh kerja untuk saat ini.

“Hallo!” suara perempuan mengagetkanku dari lamunan.

“Ya !” jawabku sambil berdiri.

Sejurus aku memandang kearah perempuan itu, Cantik!

“Nona Rinelda?” dia bertanya sambil mengulurkan tangan mempersilahkan aku kembali duduk.

Beberapa saat kami berbicara dan ku tahu namanya adalah Rifda,
dia memakai jam gede di tangan kanannya,
dengan nama dan pakaian yang lumayan seksi mengingatkanku pada teman SMP ku di Malang,
ternyata dia mengaku seorang pengusaha yang memiliki banyak perusahaan dan sedang mencari model,
setelah berbicara tentang diriku panjang lebar akhirnya dia berkata bahwa aku cocok untuk menjadi salah satu modelnya.
Akhirnya aku mendapatkan kepastian esok hari aku akan bekerja,
aku pun berjalan pulang dengan langkah seolah lebih ringan dari biasanya.

Sesampainya di jalan sebelum rumahku,
sekedar Anda tahu bahwa sejak aku mencari kerja aku tinggal di rumah BuDhe Tatik saudara dari ibuku.
Ada beberapa anak muda bergerombol, ketika aku lewat di depannya,
mereka menatapku dengan mata yang seolah-olah mengikuti gerakan pantatku yang kata teman-temanku
memang mengundang mata lelaki untuk meremas dan mendekapnya.

“Wuih, kalau aku jadi suaminya ga tak bolehin dia pake celana dalam !”
ucap salah satu dari mereka namun terdengar jelas di telingaku.

“Rai mu ngacengan!” timpal temannya, disambut tawa teman-teman lainya.

Sampai di rumah pukul 18.30.
aku langsung mandi untuk mengusir kepenatan dan panas yang hari itu kurasa sangat menyengat.

“Gimana hasil kamu hari ini Rin?” kudengar suara BuDhe Tatik dari dalam kamarnya.

“Besok aku sudah mulai kerja BuDhe” jawabku.

”Kerja yang benar jangan melawan sama atasan
terima saja perintah atasan karena mencari pekerjaan itu sulit
dan yang penting kamu suka dan menikmati apa yang kamu kerjakan”
kata-kata dan wejangan dari orang tua pada umumnya namun ada poin tertentu yang terasa ganjil menurutku.

Sosok BuDhe Tatik adalah Wanita yang dalam berbicara cukup seronok
apalagi jika berbicara dengan pemuda di kampungnya sekitar 38 tahunan,
cukup seksi dalam penampilannya, suaminya adalah seorang PNS di KMS,
dia pun juga tak kalah ngawur kalau berbicara yang berbau saru dengan BuDhe atau teman-temannya.
Tak berapa lama setelah ngobrol aku pun beranjak ke kamar.

Kamarku sendiri adalah bekas ruang tamu yang dipasang sekat dari triplek.
Sekitar pukul 22.30 an aku mendengar suara aneh bercampur derit kursi seperti
di dorong atau ditarik berulang-ulang dari ruang tamu depan kamarku persis,
sejenak kuperhatikan secara seksama suara tersebut dan aku penasaran dengan suara tersebut.

Sedikit kubuka pintu kamarku,
betapa kaget setelah mengetahui BuDhe sedang duduk di kursi sambil mengakangkan kakinya
sementara PakDhe di depannya sambil memegang kedua kaki BuDhe pada pundak sedangkan pantatnya bergerak maju mundur.

“Ougghh...Aagghh..sstthh..” suara yang keluar dari mulut BuDhe.

Seolah menikmati apa yang dilakukan oleh suaminya,
badanku terasa panas dan pikiran yang tak tahu harus bagaimana
karena baru kali ini aku benar-benar melihat hal ini live di depan mataku.
Selama kurang lebih 10 menit kedua orang itu melakukan sambil duduk
akhirnya PakDhe menarik Batang Kontolnya dari dalam tempik BuDhe,
ya ampun ternyata Batang Kontolnya lumayan gede
lebih gede dari pada milik mantan suamiku yang biasa mengocok isi tempikku,
akhir-akhir ini aku sering nonton BF saat PakDhe dan Budhe sedang kerja,
pernah sekali aku hampir kepergok oleh PakDhe saat aku sedang nonton BF sambil mempermainkan liang nikmatku,
namun ternyata PakDhe tidak peduli
dan mungkin mengetahui bahwa aku seorang wanita yang butuh kesenangan pada salah satu bagian tubuhku,
namun saat itu PakDhe hanya tersenyum sambil mengambil sesuatu dari dalam kamarnya
yang mungkin tertinggal dan segera pergi lagi.

Kusaksikan BuDhe mengambil posisi menungging dengan kedua tangannya memegang kursi di hadapannya.

“Ayo mas cepet keburu tempiknya kering”
pinta BuDhe dengan suara yang pelan mungkin agar orang luar tidak mendengar
dan mengetahui tapi kenyataanya aku malah menyaksikan dan memperhatikan secara detil apa yang mereka perbuat.

Kulihat kali ini PakDhe mengeloco tongkolnya sebelum dimasukkan ke tempik yang sudah minta di jejeli tersebut.

“Ach…ack…sh” suara yang keluar dari mulut laki-laki tersebut.

Akhirnya kulihat lagi adegan itu dari belakang karena mereka membelakangi kamarku.
Ada yang berdenyut pada tempikku tanpa terasa tanganku masuk ke dalam celana dalam yang kupakai,
ku tekan pada itilnya.

“Ahk” terasa geli dan benar terangsang tempikku kali ini.

Aku tersenyum mendapatkan pengalaman ini.

“Tempikmu… uenak..Tik pe… res… Batang Kontolku sampe keenakan...”
kata-kata terputus dari Pakdhe seolah tak kuasa menahan nikmat yang dirasakannya.

“Lebih cepat… mas… cep… at!” BuDhe pun seakan mengharapkan serangan dari suaminya lebih hebat lagi.

“A… ach… aku keluar ma… s!” suara BuDhe terdengar setengah berteriak.

Wanita itu terlihat melemas tapi PakDhe tetap menggenjot dengan lebih giat
kali ini tangannya memegang pantat BuDhe yang bulat mulus itu
dan akhirnya laki-laki itupun menekan tongkolnya lebih dalam kearah tempik didepannya tersebut.
Sambil menahan sesuatu. Ketika konsentrasiku tertuju pada tongkol
dan tempik yang sedang beradu tersebut tanpa kusadari sambil digenjot
BuDhe menoleh ke arah pintu kamarku dan tersenyum,

“Hek” aku kaget setengah mati segera kututup pelan-pelan pintu kamar dan kembali ke tempat tidurku,
beribu pikiran menyeruak dalam benakku antara bingung dan takut karena mungkin kepergok saat mengintip tadi.

Aku kecewa karena tidak melihat bagaimana raut muka PakDhe ketika mencapai puncak kepuasan.

Terasa ada yang basah di selangkanganku saat aku menyaksikan adegan tadi,
“yah aku terangsang” terakhir kali aku merasakan nikmatnya berburu nafsu dengan suamiku adalah hampir 4 bulan yang lalu.

Memang aku mudah terangsang jika melihat hal-hal yang berbau porno.
Sering kali aku melakukan masturbasi dengan membayangkan laki-laki yang kekar
dan memiliki Batang Kontol yang kokoh tegak berdiri
dan akhirnya aku memasukkan sesuatu ke dalam tempikku yang seolah lapar akan terjangan Batang Kontol laki-laki,
tapi terkadang aku merasa ada yang kurang
dan memang aku butuh Kontol yang sebenarnya,
Tanpa kupungkiri aku butuh yang satu itu.
Kulihat jam di dinding kamarku menunjukan pukul 11.35, ya ampun besok aku kan mulai kerja!

Sialan gara-gara Kontol dan tempik perang diruang tamu akhirnya aku tidur kemalaman! Emang dikamar kurang luas apa?

“Aah sialan!” umpatku dalam hati.

Pukul 04.30 aku terbangun, ketika akan membuka pintu kamar aku teringat akan kejadian yang baru aku saksikan semalam,
pelan-pelan kubuka ternyata tak kulihat orang diluar,
aku langsung menuju dapur untuk memulai aktivitas pagi,
terkadang aku harus membantu memasakkan sarapan pagi dan menyapu lantai sebelum menjalankan aktivitasku sendiri,
aku merasa adalah suatu yang lumrah karena aku menumpang disini.

Aku berjalan melewati depan pintu kamar BuDhe yang terbuka lebar,
sekali lagi aku terhenyak kali ini aku menyaksikan dua orang sedang tidur tanpa memakai baju sama sekali,
kulihat senyum di bibir Budhe Tatik, tanda kepuasan atas perlakuan suaminya tadi malam mungkin.

Di kamar mandi aku kembali memikirkan kejadian semalam yang membuatku
“terus terang cukup terangsang” apalagi jika mengingat Batang Kontol yang gede milik PakDhe.

“Aahh” rupanya tanganku sudah berada di sela-sela pahaku yang mulus
dan bulu hitam yang tampak olehku cukup lebat meski tak terlalu banyak diantara garis melintang ditengahnya,
tiba-tiba nafasku berburu kala kuteruskan untuk menggosok bagian atasnya,

“Sialan!” pikirku dalam hati.

Kusiram tubuhku untuk mengusir nafsu yang mulai mengusik alam pikiranku.
Sebelum berangkat kerja di hari pertamaku,
kusempatkan untuk sarapan pagi siapa tahu nanti aku harus kerja keras di kantor.

“Jaga diri baik-baik Rin” kata BuDhe sambil menepuk pundakku,

“Eh.. iya.. BuDhe Rinel tahu kok” kataku sambil ngangguk.

Kulihat BuDhe baru keluar kamar dengan mengenakan handuk pada bagian susu sampai atas lututnya,
wajahnya tampak masih berseri meskipun tampak kecapean.

“Edan udah jam 7!” pekikku dalam hati.

“BuDhe aku berangkat dulu” pamit ku.

“Yo ati-ati Nduk ingat ikuti dengan baik perintah atasan lakukan dengan baik tanpa banyak kesalahan”
katanya sambil tersenyum padaku, senyum itu penuh makna sama seperti tadi malam.

“Enggeh BuDhe… ” aku pun keluar rumah menuju tempat kerjaku yang baru.

Dari depan kantor itu aku berjalan menuju pos sekuriti,

“Permisi” aku mendekati seorang sekuriti,

“Ada yang bisa saya bantu mbak?” tanyanya dengan sopan.

Tubuh yang lumayan atletis tangan yang kekar serta tonjolan di bawah perutnya cukup menantang
dibalut celana yang agak ketat di bagian pahanya.

“Ruangan Ibu Rifda dimana ya?” tanyaku.

“Bu Rifda Miranti? Pasti sampeyan mbak Rinelda!” terlihat senyum dibibirnya masih dengan ramah dan sopan.
Aku cuma mengangguk.

“Tunggu sebentar mbak” sambil mengangkat intercom di depannya,
ketika dia berbicara dengan seseorang aku melihat suasana sekeliling.

“Kok sepi ya?” tanyaku dalam hati.

“Sebentar lagi karyawan Ibu Rifda akan menemui mbak, silahkan menunggu”
katanya sambil menunjuk kursi sofa di tengah ruangan yang cukup besar.

Ketika aku baru akan meletakkan pantatku aku melihat sesuatu yang ganjil di lingkungan perkantoran ini,
tak terlalu banyak orang yang biasa ada pada sebuah perkantoran,
kuperhatikan sekuriti tadi kulihat dia berbicara dengan temannya tersenyum-senyum sambil memandang kearahku,
tak berapa lama kudengar namaku dipanggil seorang wanita.

“Rinelda?”

“Saya” jawabku sambil memalingkan muka kearah datangnya suara tadi,

“Hai, kamu mau kerja disini?” tanyanya lagi.

“Lho Agatha, kamu kerja disini ya?” kataku sambil kembali bertanya.

“Tadi aku disuruh sama bu Rifda untuk menemui kamu, ayo ikut aku!”
sambil ngobrol kami pun berjalan menaiki tangga menuju ruangan Bu Rifda.

“Tunggu sebentar ya” kata Agatha.

Pintu di ruangan itu sedikit terbuka ketika dia masuk kulihat didalamnya ada 3 wanita yang menurutku cantik,
berbusana mahal dan seksi. Itu mungkin beberapa model yang dimilikinya.

“Masuk Rin” Agatha membuka pintu lebih lebar.

Ternyata di dalam ada 2 laki-laki yang sedang melihat 3 wanita didepannya .

”Nah ini dia cewek baru yang aku dapatkan kemarin di Tunjungan, namanya Rinelda”
kata bu Rifda sambil menunjuk ke arahku pada ke dua laki-laki itu.

“Rin, mas-mas ini dari Jakarta mereka akan menguji kemampuan kamu dalam memakai barang mereka”
aku segera mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah desainer atau rekan kerja bu Rifda.

Aku mendekat dan berjabat tangan dengan keduanya,

“Rif, kami perlu kerja di dalam studio”
kata laki-laki yang sedari tadi melotot melihat 3 wanita dihadapannya sambil menenteng kamera.

Lelaki itu berjalan diikuti oleh ketiga gadis.

“Tunggu sebentar ya Rin” kata bu Rifda sambil mengajak lelaki yang satunya serta Agatha.

Aku terdiam sebentar sambil melihat ruangan yang cukup besar tersebut,
ketika melewati ruangan yang baru di masuki oleh tiga gadis
dan seorang lelaki tadi aku mendengar suara tertawa wanita kegelian dari dalamnya,
kucoba untuk mendekat pada ruangan itu,
aku semakin penasaran kerja macam apa kok suaranya seperti…
Yah aku ingat suara itu mirip desahan BuDhe Tatik semalam! Kucoba lebih dekat untuk mengetahuinya tapi…

“Rin?” tiba-tiba Bu Rifda sudah berada di sampingku.

“Ada yang mau aku tunjukan padamu” katanya sambil berjalan ke ruangan pribadinya,
tertulis didepan pintu ruangan tersebut.

“Mana Agatha? Sama lelaki yang tadi?” tanyaku dalam hati.

Di dalam ruangan itu terdapat banyak foto diatas meja.

“Duduk Rin” katanya mengetahui aku sedang menunggu dipersilahkan.

“Bu, maaf kamar kecil dimana? Saya kebelet pipis” tanyaku sambil nyengir menahan sesuatu dibawah selakangku.

“Ah..ya..” dia menunjuk kearah belakangnya.

Aku langsung bergerak ke sana,
masuk kamar kecil itu aku langsung melorotkan celana dalam yang kupakai dan Chessh….
” Suara khas air yang keluar dari tempikku, saat ku jongkok aku mendengar samar-samar suara laki-laki.

“Aah….uh…ya …ayo..terus …sedot…ah nah gitu dong…” setelah itu terdengar suara wanita tertawa,
segera ku ceboki tempikku, kuangkat kembali CD, sebentar aku terdiam sambil mencari asal suara tadi.

Setelah yakin tak kudengar lagi akupun keluar dan menuju ke meja bu Rifda
sambil bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya pekerjaan disini,
saat ku berjalan mendekati meja bu Rifda kulihat wanita itu sedang berganti pakaian,
kulihat tubuh yang sangat seksi dan mulus, pahanya yang putih dan pantatnya bulat putih
cukup memberi bagiku untuk berkesimpulan bahwa dia adalah wanita yang sempurna.

“Maaf bu” kataku,

“Oh tidak apa-apa kok Rin, bisa tolong ambilkan itu” katanya sambil menunjuk kearah kursi kerjanya,

“Ini bu?” kulihat sebentar ini adalah baju yang sering dipakai oleh bintang film luar negri.

“Ah” aku teringat saat aku melihatnya di sebuah film BF.

Aku berikan padanya dan dia memakainya dengan cekatan terlihat bahwa ia sudah terbiasa mengenakan pakaian model itu.

“Kita bekerja dengan scenario dan harus tampil cantik serta se-seksi mungkin
karena target penjualan kita adalah kaum Pria” katanya sambil membenahi pakaiannya,

“Hari ini adalah saat dimana kamu akan menjadi seorang entertainer seperti gadis-gadis diluar tadi”,
aku mendengarkannya sambil mengira-ira apa kerjaku sebenarnya.

“Maaf sebelumnya Agatha di sini sebagai apa bu?” tanyaku,

“Kenapa?” dia balik bertanya,

“Kamu mau tahu tugas dia?” katanya sambil mengambil sebuah remote control di laci mejanya,

“Tugas dia adalah menjamu para tamu dan melayani mereka sebelum mereka memulai kerja yang sebenarnya”
katanya sambil menunjuk sebuah televisi berukuran raksasa di belakangku.

Betapa kaget aku melihat apa yang terpampang dihadapanku,
ternyata Agatha sedang bergumul dengan laki-laki di sebuah ruangan kosong
yang hanya di lapisi karpet tebal diseluruh ruangan itu,
setengah tak percaya kembali kulihat kearah bu Rifda,
dia hanya tersenyum sambil matanya berbinar-binar seolah bernafsu karena melihat kejadian di layer tersebut,
aku segera mengetahui apa yang sedang dan akan kualami maka aku berjalan menuju pintu keluar,
tapi apa yang ku dapat pintu itu terkunci!
Aku menoleh kearah wanita itu tapi wanita itu hanya tersenyum sambil matanya tetap menyaksikan adegan Agatha
dan laki-laki itu dihadapannya.

“Kamu bisa berteriak kalau kamu mau
tapi itu tak akan berguna karena seluruh ruangan disini telah kedap jadi tak akan ada yang mendengar” katanya.

“Duduklah maka tidak akan terjadi sesuatu padamu
atau jika tidak aku panggilkan satpam didepan agar membuatmu diam” kali ini nadanya terdengar sedikit mengancam.

Aku pun telah paham bahwa aku tak bisa berbuat apa-apa,
saat terduduk aku dihampiri oleh wanita itu
dan tanpa kusadari dia telah menarik tanganku ke belakang dan mengikatnya dengan tangkas,
aku berontak tapi tak bisa karena kursi yang ku duduki besar dan berat, akhirnya aku terdiam.

“Sudah kita nikmati saja tontonan yang disuguhkan teman SMP kamu itu” katanya,
sialan rupanya Agatha telah bercerita banyak tentang aku.

Agatha adalah temanku saat duduk di bangku SMP di Malang,
dia adalah type cewek yang cukup berani tampil seksi dan punya teman cowok yang cukup banyak,
dan dia pun telah kehilangan keperawanannya saat perayaan kelulusan di suatu acara yang diadakan oleh teman-temannya,

“Kurang ajar, kenapa aku harus melewati hari yang seperti ini?” kataku dalam hati.

Dari layar raksasa dihadapanku kulihat Agatha sedang duduk di atas pria itu sambil menaik-turunkan pantatnya yang bahenol.

‘Oh… oh… ouh… ha… enak maass?”
tiba-tiba suara Agatha terdengar sangat keras, rupanya Bu Rifda menaikan volume pada remote controlnya.

“Ga seru kalau tidak ada suaranya ya Rin?” kata wanita itu namun aku tak mempedulikan kata-katanya.

Aku menunduk tak mau melihat apa yang ada dilayar TV besar itu,
tapi suara yang menggoda nafsu itu tetap terdengar.

“Setiap aku kesini… kurasa… tempik kamu masih… ouckh… tetap… keset… Th..ah” suara laki itu tersendat-sendat.

“Tapi Batang Kontol mas….kok rasanya.. tam.. baa.. ah… aha…” suara Agatha tak terselesaikan.

“Jangan munafik Rin kamu pasti terangsang kan?”
lagi suara Rifda terdengar tak kupercaya wanita yang kemarin kutemui ini terlihat anggun dan sopan kini…

“Perempuan macam apa kamu Rif?” kataku tapi tak kudengar jawaban darinya yang kudengar hanya suara dia sedikit tertawa.

Tak berapa lama kembali kudengar Agatha berteriak

“Ack… a… yah… terus… tete… rus… sentak lagi… mas!”
kali ini aku mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang saat ini dilakukan laki-laki itu pada Agatha.

Kulihat Agatha sudah nungging dengan bertumpu pada lututnya
sementara laki-laki itu menekan-nekan tongkolnya yang besar itu maju-mundur ke arah tempik Agatha
yang tampak menganga dan berdenyut-denyut itu,
cukup lama mereka saling mengimbangi gerakan maju mundur itu satu sama lainnya, akhirnya…

“Aku… ke… luar… mas… aih… ya… ah!”
nampak Agatha telah mencapai puncak orgasme tubuhnya terlihat sedikit melemah
namun si lelaki itu terus mengocok KOntolnya yang masih menegang itu sambil tangannya
memegang bongkahan pantat Agatha,
aku sendiri terangsang melihat semua ini dan merasa ada yang mulai membasah di tempikku,
seandainya tanganku tidak di ikat pasti aku sudah memegang itil kecil ku.

“Ackh… sh… oh… sh… ” nampaknya laki itu sudah memuntahkan pejunya di dalam tempik Agatha.

Tiba-tiba Rifda mematikan layer tersebut dan berkata

“Gimana Rin, apa yang kamu rasakan pada Tempikmu?” seolah mengetahui apa yang aku rasakan.

“Lepaskan! Aku mau keluar dari tempat ini!” teriakku menutupi rangsangan yang aku rasakan.

“Keluar? sebentar, ada yang mau aku perlihatkan sama kamu!”
lalu dia menekan kembali remote di tangannya kearah layar raksasa dan… “ya ampun!” ternyata BuDhe Tatik!

Mengenakan baju berwarna merah menantang seperti yang dipakai oleh Rifda,
dia sedang sibuk mengulum KOntol seorang laki-laki disebuah ruangan
yang hanya terdapat sebuah ranjang yang cukup bagus,
ku lihat pria itu memegang kepala BuDhe agar lebih cepat emutannya,
sementara tangan kiri BuDhe mempermain kan tempiknya sendiri.

“Eh… eh… e… gm… emph… !” suara wanita dilayar itu seperti menikmati tongkol yang panjang dan besar di dalam mulutnya.

“Itu di rekam 2 hari yang lalu” kata Rifda seperti sedang menerangkan sesuatu padaku.

“Maksudmu?” tanyaku,

“Lihat dulu baru komentar sayang!” aku pun kembali menyaksikan adegan di depanku itu,
belum pernah aku menyaksikan orang yang aku kenal berbuat dengan orang lain
seperti yang dilakukan oleh BuDhe dan Agatha.

“Kontolmu hot banget mas… besar pa… njang… aku… akua… suka… !”
kali ini BuDhe nampak gemas memegang Batang Kontol besar itu dengan kedua tangannya,
Batang Kontol pria itu memang sangat besar dibanding dengan milik PakDhe seperti yang kulihat tadi malam.

“Kamu akan suka dengan yang seperti ini sayang”
katanya sambil menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di atas kursi besar itu.

“Tenang Rin, cari nikmatnya dulu ya”
aku diam dan tak terlalu banyak bergerak aku tak tahu mengapa aku diam dengan perlakuan Rifda di hadapanku kali ini,
Rifda mengosok-gosokkan Batang Kontol mainan itu ke arah selakanganku,
aku menggelinjang geli karenanya, aku tahu apa yang akan dilakukannya, dan benar!

Dia membuka resleting celanaku,
sekali lagi aku diam aku terangsang terasa tempikku berdenyut-denyut menginginkan sesuatu.
Dengan tangkas Rifda sudah menarik ke bawah celana yang kupakai,
diringi suara desahan nikmat yang disuarakan BuDhe Tatik dari layar didepanku.

“Oh… yaa… ya… be… nar… yang situ enak… mas… sh… ah!”
kali ini kulihat laki-laki itu sedang menciumi tempik BuDhe yang mengangkang
memberi ruang yang bebas pada laki-laki itu, terdengar pula suara mulut laki-laki itu berkecipak.

Nampak bokong BuDhe yang bulat itu diangkat agar mulut laki-laki itu dapat masuk lebih jauh mempermainkan lidahnya.
Tanpa kusadari paha dan selakangan ku terasa dingin ternyata Rifda telah sukses melepaskan CD ku.

“Wah ternyata jembut kamu tebal juga Rin”
kata Rifda kemudian tangannya menyentuh mulut tempikku, terasa hangat tangannya,
kutatap matanya seolah ingin kubiarkan apa yang dilakukannya,
sudah kepalang basah kubiarkan apapun yang dikerjakannya,

Saat Rifda sedang sibuk mengemek-emek tempikku dari depan, tiba-tiba lampu ruangan menjadi sangat terang,
dan kulihat ada dua orang laki-laki masing memegang kamera dan mengabadikan suasana di ruangan ini.
Tak kusadari ada sentuhan tangan pada pundakku.

“Rin, rupanya kamu sudah merasakan kenyamanan di ruangan ini”
ternyata aku kenal suara laki-laki dari belakangku yah itu suara PakDhe!
tanganku berusaha menutupi bagian bawahku yang menganga karena ulah Rifda.

“Sudah nikmati saja, toh aku tahu kamu butuh yang seperti ini”
kata Pakdhe sambil menempelkan sesuatu yang hangat lunak dan membesar ditanganku yang masih terikat kebelakang.

Kupegang dan tahu apa yang aku pegang namun terasa makin hangat dan memanjang.

Aku diam memikirkan semua rentetan dan semua orang yang ada disekitarku saat ini,
saat kuterdiam ternyata Rifda berdiri di depanku
dengan menggerakkan lidah ke bibir sambil memainkan celah tempiknya dan matanya menatap ke arah PakDhe,
laki-laki itu tahu apa yang dinginkan Rifda dan segera berdiri mendekat dengan tangan memegang pantat Rifda.

“Ayoh, kita bikin janda muda ini tersiksa dan memohon agar tempiknya di isi sesuatu yang hangat! Ha… ha… ha… !”
kata Rifda sambil melihatku,
tangannya yang cekatan dan terampil mulai mengurut-urut Batang Kontol PakDhe yang sudah mulai kembali menegang,
sementara tangan PakDhe meremas-remas susu Rifda yang cuma terbuka pada putingnya
sementara aku tetap menatap mereka berdua seolah tak percaya.

“U… uh” kata Rifda gemas mengocok Batang Kontol di tangannya.

“Sudah, langsung aja masukin Kontolmu pak!”

“Lho Rin, tempik Rifda sudah basah! Kamu ga pengin niih?”
Kata PakDhe yang mempermainkan tangannya di sekitar tempik Rifda.

Kusaksikan gerakan Rifda membalikkan badannya membelakangi tubuh PakDhe,
dengan cukup sigap pakDhe segera menggiring batang tongkol yang dipegangnya kearah tempik Rifda
yang berada ditengah bongkahan pantat mulus Rifda
yang sudah menganga karena bibir tempiknya di kuak sendiri oleh tangan kanannya
sementara tangan kirinya menggosok itil yang sedikit menonjol di bagian atasnya.

“Hrm ouch… masukin… te… rus… ah sampai men… tock pak!”
kata Rifda sambil menarik pantat PakDhe agar segera menekankan tongkolnya lebih dalam.

Kali ini mereka merubah posisinya menyampingiku sehingga tampak susu Rifda bergerak-gerak
karena gerakan tubuhnya sementara Batang Kontoll PakDhe yang sedang berusaha
memasuki liang sempit itu semakin didorong kedepan.

“Ah….” Batang Kontol itu sudah tenggelam kedalam tempik rifda PakDhe
kemudian menarik Batang Kontolnya pelan-pelan tampak olehku buah pelir Kontol itu menggelantung.

“Sabar ya Rif, sebentar… ” kata pakDhe sambil menoleh kearahku sambil mengedipkan mata kirinya seolah berkata.

”Tunggu giliranmu”.

“Betapa nikmat kalau Batang Kontol itu bersarang pada tempikku”
kembali aku sudah dirasuki hawa nafsu yang sedari tadi menghinggapi pikiranku yang mulai tak terkontrol.
Aku mulai menggepit paha agar tempikku yang terasa gatal dan membasah tak diketahui oleh mereka,
andai tangan ku tak terikat mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang nikmat!

“Eh… ah… mpffh… yang cepat dong… genjot… terus… pak!”
teriakan nikmat Rifda sambil menggerakan bongkahan pantatnya kekiri–kanan mengimbangi sentakan PakDhe.

“Plak… plak… ” suara benturan paha kedua orang didepanku serta kecipak tempik Rifda
yang diterjang tongkol gede itu seolah bersorak senang.

Saat kusedang memperhatikan mereka ikatan pada pergelangan tanganku terasa melonggar sedikit
kutarik tangan kananku dan terlepas! Sebentar aku bingung apa yang harus kulakukan,
namun diluar kesadaranku saat itu ternyata aku tidak mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri
lagi pula disitu ada 2 pria berkamera yang pasti akan menghentikanku,
yah otakku mungkin sudah dirasuki nafsu.
Aku butuh keperluan biologis itu!
Aku butuh Batang Kontol yang hangat dengan terjangan yang sesungguhnya
bukan seperti yang selama ini kudapatkan dengan masturbasi!
Semakin kuperhatikan secara seksama apa yang dikerjakan PakDhe dan Rifda didepanku,
Rifda nampak sangat menikmati genjotan PakDhe dari arah belakang.

‘Ay… o.. pak… ayo… terus… kerasin… sentakanmu pak… !”

“Tempik nakal… nakal… nakal… ” kata PakDhe setiap kali si tongkol menerobos tempik Rifda.

Kulihat tongkat mainan persis tongkol yang diletakkan dimeja oleh Rifda,
tak kuhiraukan 2 orang berkamera yang sedang mengabadikan setiap gerakan dan erangan nikmat PakDhe dan Rifda,
kuambil mainan wanita itu dan mulai kugesekkan pada tempikku, tak kuhiraukan segalanya!

Aku tersenyum karena aku merasa tak tersiksa sama sekali dengan keadaanku saat ini,
kali ini aku bermaksud memasukkan tongkol mainan lembut ini pada liang tempikku dan…

“Eh… auch… ” bersamaan dengan sodokan PakDhe pada tempik Rifda
setiap PakDhe menarik Batang Kontolnya kutarik pula mainan ini dari tempikku.

Saat aku sedang menikmati tontonan didepanku tiba-tiba pintu ruangan terbuka
dan masuk seorang laki-laki yang tadi bergumul dengan Agatha menghampiriku sambil tersenyum,
sambil berjalan dia melepas satu persatu kancing baju dan membuka resleting celananya.
Kukeluarkan pelan-pelan tongkol mainan dari dalam tempikku.

Aku membayangkan isi didalam celana itu adalah Batang Kontol besar seperti yang dirasakan oleh Agatha tadi,
yang pasti akan memberi kenikmatan pada tempikku yang sangat merindukan Kontol besar dan panjang itu,
kutatap matanya seolah aku memberinya ijin untuk segera menyerang tubuhku,
aku sadar bahwa semua perbuatanku saat ini akan direkam dan disebar luaskan,
aku tak pedulikan itu aku cuma butuh laki-laki saat ini yang bisa membuatku menggelepar penuh kenikmatan!
Ketika Rifda mengetahui laki-laki itu lewat didepannya tangan kanannya memegang Batang Kontol laki-laki itu.

“Tempikku… masih… cukup… ah..ah… untuk… tongkolmu… auh… Rudi… say… ang… eh…”
Rifda berkata sambil menikmati sodokan PakDhe.

Sebentar laki-laki itu berhenti dan memasukan Batang Kontolnya kemulut Rifda.

“Ech… mpfh… Rud… empfh… di..kont… tol… ”
tampak mulut Rifda seperti kewalahan menelan sebuah pisang yang besar,
aku segera bangkit dan menghampiri mereka,
yaah aku tak rela jika Kontol dihadapanku ini akan di telan juga oleh tempik Rifda
dan aku lagi-lagi jadi penonton, Rifda dan PakDhe tidak terlalu kaget melihatku.

“Oh… rupanya kamu baru bisa lepas dari tali tadi ha… ha… ha!”
Rifda tertawa setelah Batang Kontol dimulutnya terlepas setelah
laki-laki bernama Rudi itu membalikkan diri padaku tampak Kontol besar setengah mengacung itu mengarah padaku.

“Wao…” tanpa kuhiraukan si Rudi aku langsung jongkok didepannya dan bersiap mengulum Kontol idamanku itu.

“Lihat pak… ah… si… ja… ech… janda… tak tahan… juga… a yes… !”
kata Rifda seolah senang dengan apa yang kuperbuat,
kumasukan kedalam mulutku dan kepalaku mulai bergerak maju mundur,
kurasa sesuatu yang besar sedang berdenyut-benyut di dalam mulutku,

“Ach… ternyata pandai juga kamu mempermainkan kontolku dengan mulutmu.

“Oh… !” tangan Rudi mulai meremas pentil susuku yang mulai mengeras.

Aku memang pandai melakukan oral sex hal itu pun diakui oleh mantan suamiku dulu
bahwa mulutku sangat hebat dalam hal ciuman bibir
dan mengulum Batang Kontolnya bahkan sering kali saat oral sex suamiku mengeluarkan spermanya di mulutku.

“Ehm… ehm… ehm… ” Aku sangat senang dan sangat merindukan batang hangat dan kenyal ini!

“Oh… oh… ya… ouh… ” Rudi tampak sangat menyukai kulumanku kupermainkan lidahku pada kepala Kontolnya,
sambil memberikan Rudi kenikmatan kulihat PakDhe semakin mempercepat genjotannya, tak lama kemudian.

“Arch… a… ah… aku… sudah… kel… luar… pa… ak… a… ” kata Rifda,
matanya merem-melek menahan sesuatu yang keluar dari dalam tempiknya.

Saat Rifda mulai sedikit lemas ternyata PakDhe mengeluarkan Batang Kontolnya
dan melihat kearah Rudi seolah mengetahui maksud PakDhe,
Rudi pelan-pelan menarik Batang Kontolnya dari mulutku,
yah PakDhe menuju kearahku sedang Rudi menuju tubuh Rifda,
aku ragu apakah aku akan melakukannya dengan orang yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku ini,
namun PakDhe ternyata langsung menarik pantatku
hingga tubuhku telentang pada kursi besar di belakangku dan Batang Kontolnya berada tepat didepan tempikku,
mengetahui aku sudah terangsang dengan sekali tekan Kontol PakDhe segera menerobos lobang tempikku sesaat terasa sakit.

“Adu… h… pelan-pelan… dong PakDhe… !” Teriakku.

“Ah sorry Rin, lupa aku, tempik kamu sudah lama tak terisi ya! Tahan sebentar ya… kamu tahu ini ..enak..”
kata PakDhe sambil menarik Batang Kontolnya dari dalam tempikku, aku merasa seluiruh isi tempikku tertarik.

“Pelan-pelan… ” kataku lagi, tapi ternyata Pakdhe langsung menggenjot Batang Kontolnya itu keluar masuk.

Tiba-tiba rasa sakit yang kurasakan menjadi rasa geli dan nikmat.

“Ah… a… ayou… lagi PakDhe… terus… sh… haa… ” yang kurasakan tempikku jebol luar dalam namun ennaak sekali,
sudah cukup lama bagiku waktu 4 bulan menanti yang seperti ini,
aku tak peduli meski ini kudapat dari seorang yang selama ini menampungku.

Saat sibuk menikmati sodokan Kontol di tempikku,
sempat kulihat Rudi memompa pantatnya sementara Rifda mulutnya terbuka menahan nikmat
yang akan dia dapat untuk kedua kalinya dengan posisi miring dan kaki kirinya terangkat
sehingga memudahkan Kontol  gede milik Rudi mengobrak abrik isi tempiknya,
tak berapa lama Rifda sudah menggelepar keenakan…

“Sudah Rud… Aahh.. aku… ah… !” tampak Rifda sudah mengalami orgasme yang keduanya.
sementara kulihat muka PakDhe memerah menahan sesuatu.

“Rin… memek… kamu… serr… et… aku tak… tahan… ah”
PakDhe rupanya sudah mendapatkan ganjaran karena berani memasukan Kontol nya ke milikku yang memang masih peret,
dia menarik tongkolnya dan mengeluarkan pejunya pada susuku dan wajahku.

“Ah… ah… ” teriak PakDhe setiap kali cairan itu keluar dari kepala Kontol nya.

“Ya… PakDhe… !” kataku kecewa, aku belum merasa orgasme!

Tak kuhiraukan PakDhe sibuk dengan Kontol nya yang mulai mengecil,
saat kupandang Rudi yang mengocok Kontol nya sendiri dia tersenyum padaku
dan akhirnya Kontol  yang cukup gede itu datang padaku, tangan Rudi memegang pantatku,
aku tahu dia ingin posisi anjing nungging,
kubalik tubuhku menghadap sandaran kursi sedang kedua lututku tersangga pinggiran kursi,
tak berapa lama tongkol Rudi sudah digesek-gesekkan pada pantatku yang putih mulus,

“Ayoh Rud kamu mau merasakan seperti yang di rasakan PakDhe?” kataku nakal,
aku tak tahu dan tak mau tahu apa yang kulakukan yang pasti aku mendapatkannya saat ini,
akhirnya Rudi pun memasukan batang Kontolnya ke dalam tempikku.

“A… euh… ah… em… ya… ”
Kontol  yang menerobos di bawahku memang terasa sangat gede seolah menyentuh rongga-rongga di dalam tempikku.

Pantas Rifda mulut Rifda tak bersuara apa-apa ternyata ini yang dirasakannya.

“Eh… eh… eh… ” Rudi menekan maju mundur Kontolnya
sementara tangannya meremas payudaraku yang menggelantung terlihat tambah besar dan bibirnya mencium punggungku,
cukup lama Rudi menggenjot tubuhku dari belakang,
kini dia memintaku untuk berdiri menghadap tubuhnya
dengan mengangkat kaki kiriku dia memasukan Kontol nya dari depan.

“Ya… h… he… he..lagi… lagi… ”
nafasku terengah-engah menahan serangan Rudi yang belum pernah kulakukan dengan mantan suamiku dulu.

Sensasi yang luar biasa aku dapatkan dari laki-laki ini,
sentakannya sangat mantab dan sodokkan Kontolnya sangat luar biasa.

“Rud… puaskan… puaskan… a.. ku… dengan kontol besarmu itu… Ter… us… sh… Aagghh”
kata-kataku tak terkontrol lagi karena tempikku merasakan hal yang sangat luar biasa
dan belum pernah aku merasakan yang seperti ini.

Akhirnya aku merasa kebelet pipis dan geli bercampur menjadi satu…

“Aku… ae… kelu… ar Rud… ah..” Puas, aku puas!
Jeritku dalam hati ini penis yang aku harapkan setiap masturbasi,
sementara Rudi tetap mengocok Kontolnya sambil menahan tubuhku yang terasa lemas agar tak terjatuh,

“Pepek kamu… mem… mang… enak… ach”
akhirnya Rudi menarik Kontolnya dari tempikku dan menyemprotkan spermanya ke mukaku.

“Ah… hangat… enakkan… Rud?” tampaknya tempikku memuaskan Rudi.

Cahaya terang dari kamera yang merekam semua tadi tampak meng-close up mukaku yang tampak ceria!

Akhirnya, aku menikmati semua ini,
semua kulakukan dengan senang hati.
Karena BuDhe adalah ketua dari semua pekerjaan ini dan Rifda dan Agatha adalah teman SMPku,
sehingga aku bekerja menjadi pemain film blue seperti yang dulu sering kulihat di keping VCD.

Ibuku, Pelampiasanku

Siang hari itu, Azis pulang sekolah lebih awal dari biasanya.
Dengan bernyanyi-nyanyi kecil dia melangkah menuju rumahnya.
Begitu membuka pintu rumahnya Azis terkejut, pintu rumahnya tidak terkunci.
Azis merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan mengendap-endap Azis masuk kedalam rumahnya.
Samar-samar Azis mendengar suara orang mendesah-desah diselingi rintihan-rintihan.
Azis penasaran dibuatnya. Azis berusaha mencari sumber suara-suara itu.
Ketika dia mendekati kamar ibunya, suara-suara itu, semakin keras terdengar.
Azis menghentikan langkahnya didepan kamar ibunya. Suara itu semakin keras terdengar.
Ibu lagi ngapain ya, pikirnya. Rasa ingin tahunya semakin kuat, Azispun mengintip dari lubang pintu.
Alangkah terkejutnya Azis, melihat pemandangan di dalam kamar ibunya.
Didalam kamar, Bu Anna,ibu tirnya sedang berdiri sambil memeluk tubuh Pak Kades.
Tangan Bu Anna melingkar dipinggang Pak Kades.
Sedangkan tangan Pak Kades sedang meremas-remas pantat Bu Anna, yang padat berisi.
Tanpa melepaskan tangannya dari pantat Bu Anna, Pak Kades mencium pipi Bu Anna,
kemudian menjulurkan lidahnya mengecup bibir Bu Anna. Bu Anna membuka mulutnya,
menyambut kecupan Pak Kades dengan lumatan-lumatan yang tak kalah hebatnya.
Saking asiknya mereka bercumbu,
tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengintip dengan hati yang panas.
Bahkan percumbuan mereka makin panas saja.
Beberapa saat berlalu, Pak Kades melepaskan lumatannya pada bibir Bu Anna.
Tangannya kemudian bergerak melepaskan seluruh pakaian Bu Anna.
Setelah semuanya terlepas,
Pak Kades memandangi sebentar tubuh Bu Anna yang telanjang bulat sambil berdecak kagum.
"Oh, luar biasa An, tubuhmu masih sexy...montok susumu...An..." puji Pak Kades.
Bu Anna tersenyum mendengar pujian Pak Kades, sambil menggerakkan tangannya,
melepaskan seluruh pakaian Pak Kades.
Kini kedua insan berlainan jenis itu sama-sama telanjang bulat.
Tanpa membuang waktu, Pak Kades menyuruh Bu Anna tidur terlentang diatas ranjang.
Kemudian Pak Kades merangkak diatas tubuh Bu Anna dengan posisi sungsang.
Selangkangan Pak Kades berada diatas wajah Bu Anna, begitu juga sebaliknya.
Wajah Pak Kades berada diatas selangkangan Bu Anna.
Pak Kades membuka paha Bu Ani lebar-lebar,
tangannya meraba-raba bibir vagina Bu Anna yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.
Pak Kades mencucuk-cucuk lubang vagina Bu Ani dengan jari-jarinya.
"Ohh...., Mas..., enakk..., truss..., truss," rintih Bu Anna saat Pak Kades mulai menjilati vaginanya.
Pak Kades menyedot-nyedot kelentit Bu Anna yang memerah dan basah.
Pantat Bu Anna terangkat-angkat menyambut jilatan-jilatan Pak Kades pada lubang vaginanya.
"Jilatin kontolku An...kulum...kocokin An..." pinta Pak Kades.
Bu Anna menuruti saja permintan Pak Kades. Tangannya meraih penis Pak Kades, yang sudah setengah tegang.
Dikocok-kocoknya sebentar, kemudian diarahkannya kemulutnya.
Pak Kades menurunkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh mulut Bu Anna.
Bu Anna membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya.
Bu Anna mulai menjilati kepala penis Pak Kades.
Lidahnya berputar-putar di kepala kontol Pak Kades kemudian turun kepangkal.
Seluruh Batang kontol Pak Kades dijilatinya tanpa sejengkalpun terlewatkan.
"Ohh..., An..., nikmatt..., truss..., kulum..., truss," desis Pak kades
saat Bu Anna memasukkan kontol Pak Kades kemulutnya.
Pak Kades menaik turunkan pantatnya, membuat kontolnya keluar masuk dari mulut Bu Anna.
Sesekali Bu Ani menggigit penis Pak Kades. Pak Kades meringis dibuatnya.
Sekitar dua puluh menit berlalu, Pak Kades merubah posisinya.
Kini dia tidur terlentang diatas ranjang. Bu Anna disuruhnya naik keatas tubuhnya.
Bu Anna mengikuti saja perintah Pak Kades. Bu Anna berjongkok diatas selangkangan Pak Kades.
Diraihnya kontol besar dan berurat Pak Kades, dituntunnya kelubang vaginanya.
Setelah dirasa pas, Bu Anna mulai menurunkan pantatnya.
Sedikit demi sedikit penis Pak Kades masuk kelubang vagina Bu Anna.
BU Anna terus menurunkan pantatnya sampai seluruh batang kontol Pak Kades amblas tertelan lubang vaginanya.
Kemudian Bu Anna menggerakkan pantatnya naik turun.
Dimulai dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat.
Sesekali Bu Anna memutar-mutar pantatnya. Membuat kontol Pak Kades serasa dipelintir.
Pak Kades tak mau ketinggalan. Dia menyodok-nyodokkan pantatnya mengimbangi gerakkan pantat Bu Anna.
Azis yang dari tadi mengintip ibu tirirnya sedang digagahi dengan Pak Kades,
sedikit kagum melihat goyangan pantat ibu tirinya diatas tubuh Pak Kades.
Nafsu birahinya bangkit. Dilepaskannya seluruh pakaian seragam sekolahnya.
Setelah telanjang bulat,
Azis meraih kontolnya,walaupun masih SMU tapi kontol Azis sangatbasar dan panjang,
bila dibanding sama teman-teman SMUnya,panjangnya 25cm diameter 4,5cm. WOW
Dikocok-kocoknya kontolnya sendiri sambil mengintip betapa liarnya Ibu tirinya itu pada saat dientot.
Tak terasa sudah tiga puluh menit Bu Anna menggoyang-goyangkan pantatnya.
Bu Anna semakin cepat menggenjot tubuh Pak Kades, saat dirasakannya orgasmenya sudah dekat.
Demikian juga Pak Kades, sodokkan-sodokkan pantatnya semakin cepat.
"Ohh..., Mas..., akuu..., mauu..., keluarr,kontolmu enak banget...!!!" jerit Bu Anna.
"Akuu..., jugaa..., An...,memekmu sempit banget... " sahut Pak Kades.
Beberapa saat kemudian kedua insan yang sedang bersetubuh itu,
merasakan otot-ototnya menegang. Diiringi teriakkan yang hampir bersamaan,
tubuh mereka menggelepar. Pak Kades menyemprotkan spermanya didalam lubang vagina Bu Anna.
Setelah menuntaskan birahinya, Bu Anna turun dari atas tubuh Pak kades,
kemudian merebahkan tubuh dan tertidur disamping Pak Kades.
Pak Kades kemudian bangkit dan mengenakan pakaian.
Dipandanginya tubuh Bu Anna yang sedang tertidur pulas.
Dengan melompati jendela kamar, Pak Kades keluar dari kamar Bu Anna.
Begitu Pak Kades keluar dari kamar ibunya, Azis yang sudah dirasuki nafsu birahi, segera membuka kamar ibunya.
Sambil mengocok-ngocok penisnya yang sudah tegang,
Azis memandangi wajah ibunya yang sedang tertidur pulas.
Nafsu setan sudah merasuki diri Azis.
Tanpa berpikir panjang Azis segera menindih tubuh ibunya. Ibu tirinya.
Kedua kaki ibu tirinya, dibukanya lebar-lebar.
Kemudian Azis menggenggam kontolnya dan diarahkan kelubang vagina ibunya.
Dan Azis mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit, sampai seluruh batang kontolnya
amblas tertelan lubang vagina ibunya.
Saat Azis mulai menggerakkan pantatnya naik turun,
Bu Anna terbangun dari tidurnya.
Betapa terkejutnya dia, saat tahu Azis, anaknya,walau bukan anak kandungnya sedang menyetubuhinya.
"Zis, jangan Zis, aku ibumu," teriaknya berusaha berontak. Tapi sia-sia.
" Kamu bukan Ibuku pelacur..!, hhgg...sekarang kamu akan aku jadikan budak seksku...sshhhh..."
Azis terlalu kuat baginya. Dengan mudah azis meringkus ibunya.
Azis memegang erat-erat kedua tangan ibunya dan menyumpal mulut ibunya dengan mulutnya.
Dengan buasnya Azis melumat mulut ibunya.
Bu Anna yang sudah kehabisan separuh tenaganya,
sehabis bersetubuh dengan Pak Kades tadi tak kuasa melawan keberingasan anaknya.
Perlawanannya mulai melemah.
Sodokan-sodokan batang kontol Azis yg ukurannya besar dan panjang pada lubang vaginanya,
pelan-pelan membangkitkan nafsu birahinya.
Tanpa sadar Bu Anna mengimbangi gerakan pantat Azis, dengan menyodok-nyodokkan pantatnya.
Sambil meracau "Ouhh Zis...teruss...entot ibu, perkosa ibu semaumu Zis.."
"Hhggg...Hajar memek ibu tirimu ini sshhh...dengan Kontol besarmu itu...Ibu kenakan...Zis..."
dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat jorok, yang seharusnya tidak keluar dari mulut seorang ibu.
Azis semakin bersemangat menggoyang-goyangkan pantatnya.
"Rasakan Kontolku menghajar memek ibu, sekarang ibu adalah pelacurku...hhgg....! sekarang kau budak seks ku Anna...!!!"
"Ohh, iya Zis..ibu pelacurmu Zis.... truss Zis... entot ibu Zis," rintih Bu Ani merasakan nikmat.
Azis semakin cepat memompa vagina ibunya, ketika dirasakannya vagina ibunya berkedut-kedut.
Otot-otot vagina ibunya menegang. Bu Anna mencakar-cakar punggung Azis disertai teriakkan panjang.
"Zis...,oughh... ibu... ibuu.. keluarr,enak banget kontotmu Zis, ibu mau lagi....!!!" jeritnya.
Vaginanya menjepit penis Azis dan tangannya menarik pantat Azis,
membuat penis Azis semakin terbenam di lubang vaginanya.
Dan akhirnya Bu Anna mencapai orgasmenya. Cairan hangat membasahi dinding vaginanya.
Azis yang belum mencapai orgasmenya,
membalikkan tubuh ibunya lalu menarik kaki ibunya hingga menjuntai ke lantai.
Kemudian dia mendekatkan wajahnya kelubang anus ibunya.
Azis menjulurkan lidahnya menjilati lubang anus ibunya.
Jilatan-jilatan azis membangkitkan lagi nafsu birahi ibunya.
Bu Anna pasrah saja atas perlakuan anaknya. Bu Ana menggelinjang ,
saat Azis mencucuk-cucuk lubang anusnya.
Tangannya bergerak kebelakang meraih kepala Azis, membenamkannya dipantatnya.
Puas menjilati anus ibunya, azis meraih penisnya. Dituntunnya kelubang anus ibunya.
BU Anna berteriak kesakitan, saat Azis memaksakan penisnya menembus lubang anusnya.
Rasa panas dan perih pada dinding dan bibir anusnya tak tertahankan lagi.
Bu Ani berusaha berontak menghindar, tetapi tangan Azis yang menekan punggungnya, membuatnya tak berdaya.
Azis mulai mendorong dan menarik pantatnya memompa lubang anus ibunya.
Tubuh Bu Anna terguncang-guncang oleh sodokkan-sodokkan anaknya.
Susunya yg besar terguncang akibat sodokan-sodokan kontol azis yang sangat kasar.
Dia melolong menahan rasa sakit yang luar biasa. Dengan terus menyodomi ibunya,
Azis memeluk tubuh ibunya dari belakang dan meremas-remas buah dada ibunya dengan kasar.

Nafasnya terengah-engah. Nafsu birahinya benar-benar tak terkendali.
Saat mendekati puncak birahinya, Azis mempercepat pompaan kontolnya kelubang anus ibunya dengan brutal.
"arggg...sakiittt..Zis...Oughhh...pellann...pellannn..saja Zis..."pinta Ibunya.
"Rasakan neh kontolku Anna, kurobek robek anusmu...hhgg..pelacurku"jawab Aziz,sambil menjambak rambutnya dari belakang.
seperti memegang tali kekang saja Aziz, sambil menjambak dan menyodokkan kontolnya dengan kasar,
menghajar memek dan anus ibunya bergantian.
"ahh..terus Zis...hajar memek ibu Zis...entotin sampe pagi sayangku...egghhh...Iya begitu Zis"
"Kontol kamu brasa penuh sesak di memek ibu Zis...sshhh...genjott..yang kencang zis...arrggghhh..."
setiap 3  menit ganti lobang lagi,memek,anus,memek,anus,...terus menerus...
Bu Anna sudah lemas,hamhir pingsan merasakan kenikmatan yang dibuat oleh Kontol azis,
selama 2 jam setengah Azis menghajar memek dan anus ibu tirinya itu.
Diiringi lolongan panjang, Azis menyemprotkan spermanya dilubang anus ibunya.
Dicopotnya terus menyemprotkan ke memeknya juga
Membasahi bibir memek dan dinding anus ibunya.
Sesaat kemudian Azis bangkit dan menyuruh ibunya duduk ditepi ranjang.
Azis menyodorkan penisnya kemulut ibunya. Meminta ibunya menjilati sisa-sisa spermanya.
Bu Anna menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan, menolak permintaan anaknya.
Tapi Azis tak kehabisan akal. Ditariknya kepala ibunya
dan dibenamkan keselangkangannya lalu dipencetnya hidung ibunya.
Membuat ibunya kesulitan bernafas dan terpaksa membuka mulutnya.
Saat itulah Azis langsung menyodokkan penisnya dan menjejalkan kemulut ibunya.
"Ayo Bu, isep sampai bersih," pinta Azis. Dengan sangat terpaksa,dan menahan rasa jijik,
Bu Anna mengulum penis anaknya dan menjilati sisa-sisa sperma anaknya.
Malam itu, azis memaksa ibu tirinya melayani nafsu birahinya sampai pagi.
Sampai dia benar-benar puas.
Bu Anna tak kuasa menolak keinginan anak tirinya.
Hari-hari berikutnya, Bu Anna menjadi budak nafsu anaknya.
Dia harus selalu siap melayani nafsu birahi anaknya.
Mula-mula Bu Ann melakukannya dengan terpaksa,
tetapi lama-lama dia ketagihan juga disetubuhi oleh Kontol anaknya gede dan panjang.

TAMMAT

Ngentot Istri Pejabat

Telah sebulan lamanya Andi, seorang pemuda tampan rupawan,
berkenalan dengan wanita paruh baya berumur empat puluh lima tahun bernama Bu Henny,
istri seorang pejabat teras pemerintah pusat di Jakarta.
Berawal saat mereka bertemu di sebuah department store di kawasan Senen dekat tempat Andi bekerja.
Ketika itu Andi dengan tidak sengaja menolong Bu Henny waktu wanita itu mencari sesuatu yang terjatuh
dari tas tangan yang dibawanya.
Dari pertemuan itulah kemudian keduanya memulai hubungan teman yang kini berkembang menjadi lebih erat,
perselingkuhan! Pemuda lajang yang berwajah tampan itu telah membuat Bu Henny jatuh hati
hingga tak dihiraukannya lagi status dirinya sebagai istri seorang pejabat.
Ditambah dengan kebiasaan buruk dan kondisi keluarganya yang memang penuh pertengkaran
akibat suami yang doyan menyeleweng seperti layaknya kebiasaan para pejabat pemerintah
yang tak pernah lepas dari perihal korupsi, kolusi,
nepotisme dan perilaku seks yang selama ini selalu diarahkan pada generasi muda sebagai kambing hitam.
Pertemuan pertama yang begitu mengesankan bagi kedua orang itu telah membawa mereka
mengarungi petualangan demi petualangan cinta yang dari hari ke hari semakin membuat mereka mabuk asmara.
Kencan-kencan rahasia yang selalu mereka lakukan di saat suami Bu Henny melakukan tugas ke luar negeri
telah menjadi sebuah jadwal rutin bagi keduanya untuk semakin mendekatkan diri.
Nafsu seksual Bu Henny yang meledak-ledak dan terpendam, menemukan tempat yang begitu ia impikan
semenjak bertemu pemuda itu. Sebagai pemuda lajang yang juga masih memiliki keinginan libido seksual yang tinggi,
Andipun tak kalah menikmatinya. Bu Henny seperti memberi semua yang pemuda itu dambakan.
Kepuasan seksual yang ia peroleh dari hubungannya dengan istri pejabat itu benar-benar telah membuat hidupnya bahagia.
Dendam pribadinya sebagai anak muda yang merasa sangat tertipu oleh para pejabat negara
seperti terlampiaskan dengan melakukan perselingkuhan itu.
Ditambah lagi dengan pesona tubuh Bu Henny yang sangat ia sukai.
Sesuai dengan seleranya yang suka pada tubuh montok ibu-ibu dengan postur tubuh bahenol
dan payudara besar seperti yang dimiliki wanita itu benar-benar pas seperti seleranya.
Postur tubuh Bu Henny yang bongsor dengan pantat,
pinggul dan buah dada yang besar memang telah membuat Andi menjadi gila seks
hingga dalam setiap hubungan badan yang mereka lakukan keduanya selalu menemukan kepuasan seks yang hebat.
Apalagi dengan bentuk kemaluan yang besar dan sangat panjang dari Andi semakin membuat Bu Henny tak pernah puas
dan selalu haus dengan hubungan seksual mereka.
Kemaluan Andi yang besar dan panjang serta kemampuannya menaklukkan
nafsu kewanitaan Bu Henny hingga wanita itu harus bangkit lagi untuk mengimbangi permainan Andi
telah melahirkan gairah yang selalu membara pada diri wanita itu.
Tak bosan-bosannya mereka melakukan persetubuhan dimana mereka merasa aman dan nyaman.
Hari-hari kedua insan yang mabuk kepuasan seks itupun berjalan lancar dan penuh kenikmatan.
Bulan November tahun 1996, Andi meminta cuti selama satu minggu.
Pemuda tampan itu telah sebulan sebelumnya merencanakan untuk menghabiskan liburan
di sebuah pulau kecil lepas pantai Bali. Perusahaan tempat ia bekerja memberinya tiket gratis untuknya.
Sementara di lain tempat, suami Bu Henny mendapat tugas ke luar negeri untuk jangka waktu yang cukup panjang.
Hingga saat Andi mengatakan rencananya pada wanita itu Bu Henny langsung menyambutnya dengan penuh suka cita.
Dengan gemas ia membayangkan apa yang akan mereka lakukan di pulau kecil itu.
Dengan kemewahan hotel berbintang lima yang eksklusif, tak tertahankan rasanya untuk segera melakukan hal itu.
Benaknya kian dipenuhi bayangan kebebasan seks yang akan ia tumpahkan bersama Andi.
Tiba saatnya mereka berangkat ke Bali, keduanya bertemu di airport dan
langsung berpelukan mesra sepanjang perjalanan.
Tak terasa penerbangan satu jam lebih itu telah membawa mereka sampai di tujuan.
Bagaikan sepasang pengantin baru keduanya begitu mesra hingga feri yang membawa mereka
menuju pulau Nusa Lembongan itu telah merapat di sebuah dermaga kecil tepat di depan hotel
tempat mereka menginap. Keduanya langsung menuju lobby dan melakukan prosedur check in.
Tergesa-gesa mereka masuk ke sebuah bangunan villa yang telah dipesan Bu Henny
dan langsung menghempaskan tubuh mereka di tempat tidur.
Dengan nafas yang terdengar turun naik itu keduanya langsung bergumul dan saling mengecup.
Bibir mereka saling memagut disertai rabaan telapak tangan ke arah bagian-bagian vital tubuh mereka.
Saat tangan Bu Henny meraba punggung Andi,
pemuda itu dengan perlahan melepaskan kancing gaun terusan yang dikenakan Bu Henny
hingga gaun itu terlepas dari tubuhnya. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka.
Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar masih dilapisi BH putih berenda
itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsu Andi semakin tak tertahan.
Disingkapnya BH itu kebawah hingga buah dada Bu Henny tersembul dihadapannya.
Bibir Andi langsung menyambut dengan kecupan. "aahh..., hhmm", desah Bu Henny,
kecupan Andi membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulut pemuda itu saat Andi mulai menyedot putingnya.
Perempuan itu terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang dikenakan Andi,
setelah berhasil melepaskan celana panjang itu tangan Bu Henny langsung meraih batang kontol Andi
yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kontol yang begitu disukainya itu.
"ooohh..., Bu..., ooohh", kini desahan Andi terdengar menimpali desahan Bu Henny,
kecupan pemuda itupun kini menuju ke arah bawah dada Bu Henny yang terus-menerus mendesah menahan
nikmatnya permainan lidah Andi yang terasa menari di permukaan kulitnya.
Perlahan pemuda itu menuju ke daerah bawah pusar Bu Henny yang ditumbuhi bulu-bulu halus
dari sekitar daerah kemaluannya.
Dengan pasrah Bu Henny mengangkang membuka pahanya lebar untuk memberi jalan pada Andi yang semakin asik itu.
Jari tangan pemuda itu kini menyibak belahan kemaluan Bu Henny yang menantang,
dan dengan penuh nafsu ia mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu.
Andi tampak begitu buas menyedot-nyedot clitoris diantara belahan vagina itu
sehingga Bu Henny semakin tampak terengah-engah merasakannya.
"uuuhh..., uuuhh..., uuuhh..., ooohh..., ooohh..., teruuusss sedooot sayaang...,
ooohh pintaar kamu Andi..., ooohh", kini terdengar Bu Henny setengah berteriak.
Andi semakin terlihat bersemangat mendengar teriakan nyaring Bu Henny yang begitu menggairahkan.
Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu dijilatnya habis
sambil sesekali tangannya bergerak meraih susu Bu Henny yang montok itu,
dengan gemas ia meremas-remasnya.
Kenikmatan itupun semakin membuat Bu Henny menjadi liar dan semakin tampak tak dapat menguasai diri.
Wanita itu kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan dengan Andi,
hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi. Kedua insan itu kini saling meraih kemaluan lawannya,
Andi menjilati liang vagina Bu Henny sementara itu Bu Henny menyedot buah kontol pemuda itu keluar masuk mulutnya.
Ukuran kontol yang besar dan panjang itu membuat mulutnya penuh sesak.
Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar, kontol yang selalu membuatnya haus.
Buah Zakar itulah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara.
Dibanding milik suaminya tentulah ukuran kontol Andi jauh lebih besar,
kontol suaminya tak lebih dari satu perlima ukuran kontol pemuda itu.
Ditambah lagi dengan kemampuan Andi yang sanggup bertahan berjam-jam
sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan.
Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapapun seumur hidupnya selain dari Andi.
Belasan menit sudah mereka saling mempermainkan kemaluan masing-masing
membuat keduanya merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat.
Bu Henny bahkan tak sadar bahwa ia belum melepas sepatu putih yang dikenakannya dalam perjalanan.
Nafsu mereka yang telah tak tertahankan itu membuat keduanya seperti tak peduli akan hal-hal lain.
Bu Henny kini langsung menunggangi Andi dengan arah membelakangi pemuda itu.
Digenggamnya sejenak kontol Andi yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu,
lalu dengan penuh perasaan wanita itu menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin,
dan "Sreeeppp... bleeesss..", kontol Andi menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut mereka
yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.
"ooo...Kontolmuu..Ndi hhggg...", teriak Bu Henny histeris seketika merasakan kontol itu menerobos masuk
ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran kontol pemuda itu.
"aahh...,Buu...memek ibu..enaakkk", Balas Andi sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bu Henny
yang mulai turun naik di atas pinggangnya. Matanya hanya menatap tubuh wanita itu dari belakang punggungnya.
Tangan Andi meraih pinggang Bu Henny sambil membelainya seiring tubuh wanita itu yang bergerak liar
di atas pinggang Andi.
"Ohh Andi..., ooohh sayang..., enaaknya yah sayang ooohh..., ibu suka kamu sayang ooohh...,
enaknya And..., kontol kamu enaakkk", desah Bu Henny sambil terus bergoyang menikmati kontol Andi
yang terasa semakin lezat saja. Andipun tak kalah senang menikmati goyangan wanita itu,
mulutnya juga terdengar mendesah nikmat.
"aauuu..., ooohh vagina ibu juga nikmat...".
"... oooh lezatnya oohh bu, ooohh goyang terus bu..". "Sini tanganmu sayang remas susu ibu..",
tangan Bu Henny menarik tangan Andi menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan mereka.
Andi meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu dipilinnya.
Bu Henny semakin histeris",aauuu..., ooohh enaak..kontolmu nikmat banget Ndi...!!!",
"remeeess teruuus susu ibu Andi..., ooohh..., nikmat..., ooohh Andi".
"Ohh Bu Henny..., ooohh Bu enaknya goyang ibu ooohh terus goyang ooohh sampai pangkal bu ooohh...,
tekan lagi ooohh angkat lagi ooohh..., mmhh ooohh vaginanya enaakkk bu ooohh", teriak Andi mengiringinya,
kamar villa yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan
desahan bernafsu dari kedua insan yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu.
Bu Henny benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya.
Gerakannya diatas tubuh Andi semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya.
Sementara itu Andi hanya tampak biasa saja,
pemuda itu masih asik menikmani goyangan liar Bu Henny sambil meremasi payudara wanita itu bergiliran satu per satu.
Lima belas menit saja adagan itu berlangsung kini
terlihat Bu Henny sudah tak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual itu.
Lalu dengan histeris wanita itu berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.
"ooouuu..., ooo..., aa..., iiihh..., ibu keluaarrr...",
"Oougghh..., nggak tahaann laagiii enaaknyaa Andi..., ooohh", teriaknya panjang setelah
menghempaskan pantatnya ke arah pinggang Andi yang
membuat kepala kontol pemuda itu terasa membentur dasar liang rahimnya,
cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim wanita itu dan memenuhi rongga vaginanya.
Sesaat Andi merasakan vagina Bu Henny menjepit nikmat lalu
ia merasakan kontolnya tersembur cairan kental dalam liang kemaluan wanita itu,
vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bu Henny yang mengejang sesaat lalu berbah lemas tak berdaya.
"ooohh Andii.., ibu nggak kuat lagi..., Istirahat dulu ya sayang?", pintanya pada Andi
sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penis pemuda itu.
"Baiklah Bu", sahut Andi pendek, ia mencoba menahan birahinya yang masih membara itu
sambil memeluk tubuh Bu Henny dengan mesra. Penis pemuda itu masih tampak berdiri tegang dan keras.
Dengan mesra dicumbunya kembali Bu Henny yang kini terkapar lemas itu.
Andi kembali meraba belahan kemaluan Bu Henny yang masih basah oleh cairan kelaminnya,
jarinya bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina wanita itu. Bibirnyapun tak tinggal diam,
ia kembali melanjutkan jilatannya pada sekitar puting susu Bu Henny.
Sesekali diremasnya buah dada berukuran besar yang begitu disenanginya itu.
Kemudian beberapa saat berlalu, Bu Henny menyuruhnya berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu,
lalu wanita itu meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya.
Ia meraih batang kontol Andi yang masih tegang dan mulai mengulumnya,
tangan wanita itu kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat kontol Andi terjepit diantaranya.
Hal itu rupanya cukup nikmat bagi Andi sehingga ia kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit buah kontolnya.
Sementara itu tangan pemuda itu terus bermain di permukaan vagina Bu Henny,
sesekali ia memasukkan jarinya ke dalam liang kemaluan itu dan mempermainkan clitorisnya
sampai kemudian beberapa saat lamanya tampak Bu Henny mulai bangkit kembali.
"Hmm..., Andi, kamu memang pintar sayang, kamu buat ibu puas dan nyerah",
"..sekarang kamu buat ibu kepingin lagi, aduuuh benar-benar hebat kamu An", puji Bu Henny pada Andi.
"Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bu, saya begitu menikmatinya sekarang,
nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan suami ibu atau waswas.
Ibu juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini,
saya semakin suka sama badan ibu yang semakin montok"jawabku sekenanya.
"Ah kamu bisa aja, An. Masa sih ibu montok, yang bener aja kamu".
"Bener lho, Bu. Saya begitu senang sama ibu belakangan ini,
rasanya kenikmatan yang ibu berikan semakin hari semakin hebat saja".
"Mungkin ibu yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu,
gairah ibu seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu....ahhh...
Tapi, ayo dong kita mulai lagi, ibu jadi mau main lagi nih kamu bikin....
iiih hebatnya kamu sayang", kata Bu Henny sambil mengajak Andi kembali membuka permainan mereka yang kedua kali.
Masih di atas tempat tidur itu, kini Andi mengambil posisi di atas Bu Henny yang berbaring menghadapnya.
Tubuhnya siap menindih tubuh Bu Henny yang bahenol itu.
Perlahan tapi pasti Andi masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan.
Di raihnya tubuh wanita itu sambil menggoyang penuh perasaan.
Sepasang kemaluan itu kembali saling membagi kenikmatannya.
Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut mereka,
diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.
Kini Andi semakin garang meniduri wanita itu.
Gerakannnya tetap santai namun genjotan pinggulnya pada tubuh Bu Henny tampak lebih bertenaga.
Hempasan tubuh Andi yang kini turun naik di atas tubuh Bu Henny sampai
menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan mereka yang beradu itu.
Bibir mereka saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher keduanya semakin membuat
suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan nyaring keluar dari mulut Bu Henny
setiap kali Andi menekan pantatnya ke arah pinggul wanita itu. Beberapa saat lamanya mereka lalu berganti gaya.
Bu Henny menempatkan dirinya di atas tubuh Andi,
dibiarkannya Andi menikmati kedua buah dadanya yang menggantung.
Dengan leluasa kini pemuda itu menyedot puting susu itu secara bergiliran.
Tak puas-puasnya Andi menikmati bentuknya yang besar itu,
ia begitu tampak bersemangat sambil sebelah tangannya meraba punggung Bu Henny.
Buah dada besar dan lembut nan mulus itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Andi
yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bu Henny kini asik bergoyang
mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan
dari kemaluan mereka yang sedang beradu.
Kontol Andi yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tak tergoyahkan.
Sekuat wanita itu mendorong ke arah pinggul Andi sekuat itu pula getaran rasa nikmat
yang diperolehnya dari pemuda itu.
"ooohh...,ooohh..., ooohh..., enaknya Andi..., ooohh enaknya kontol kamu sayang...,
ibu ketagihan..., oohh lezatnya..., aahh..., uuuhh...,
sedooot teruuus susu ibu..., ooohh sayang ooohh", desah Bu Henny bercampur jeritan menahan rasa nikmat
dari goyang pinggulnya di atas tubuh Andi.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari kontol Andi yang besar dan panjang itu seperti bermain
di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama
dengan suaminya itu kini seperti tak memiliki ruang lagi oleh ukuran penis pemuda itu.
Seperti biasanya saat dalam keadaan tegang penuh,
penis Andi memang menjadi sangat panjang hingga Bu Henny selalu merasakan kontol itu sampai
membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam.
Dan keperkasaan pemuda itu yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks
itu kini kembali membuat Bu Henny untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya.
Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuh Andi yang semakin keras,
wanita itu berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.
"aahh..., ahh...hajar memek ibu sepuasmu Ndi..,perkosaaa..ibbuu.. aakkhh...,kontol kamu nikmatt..bang...ett Ndi.."
"aahh..., ibu ke..., lu.., ar laagiii..., ooohh... kuatnya kamu sayang ooohh". jeritnya kembali mengakhiri
permainan itu."ooohh bu..., enaak ooohh vagina ibu nikmat jepitannya oooh hh...", balas Andi sambil ikut
menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami bu Henny.
Pemuda itu masih saja tegar bergoyang bahkan saat Bu Henny telah lemas tak sanggup
menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu. "aawww..., geliii..., Andi stop dulu,
ibu istirahat dulu sayang ohh gila kamu And, kok bisa kayak gini yah?".
"Habiiis ibu sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan?".
"Nggak tahu ya An, ibu kok nafsunya gede banget belakangan ini,
sejak ngerasain kontol kamu ibu benar-benar mabuk kepayang...", kata Bu Henny sambil menghempaskan tubuhnya
di samping Andi yang masih saja tegar tak terkalahkan.
"Sabar Bu, saya bangkitkan lagi deh..", seru pemuda itu sekenanya.
"Baiklah An, ibu juga mau bikin kamu puas sama pelayanan ibu,
biar adil kan? Sini ibu karaoke penis kamu..., aduuuh jagoanku...,
besar dan panjang ooohh..., hebatnya lagi", lanjut Bu Henny sambil beranjak meraih batang kemaluan Andi
yang masih tegang itu lalu memulai karaoke dengan memasukkan kontol Andi ke mulutnya.
Andi kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan wanita itu dengan mulutnya,
kontol besarnya yang panjang dan masih tegang itu dikulum keluar masuk dengan buas
oleh Bu Henny yang tampaknya telah sangat berpengalaman dalam melakukan hal itu.
Sambil berlutut pemuda itu menikmatinya sembari meremas kedua buah payudara Bu Henny yang ranum itu.
Telapak tangannya merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu ia sukai.
Dari atas tampak olehnya wajah wanita paruh baya yang cantik itu dengan mulut penuh sesak
oleh batang kontolnya yang keluar masuk. Sesekali Bu Henny menyentuh kepala kontol itu dengan giginya
hingga menimbulkan sedikit rasa geli pada Andi.
"Auuuww..., nikmat Bu sedot terus aahh, aduuuh enaknya".
"mmhh..., mmhh..", Bu Henny hanya bisa menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh kontol Andi.
Andi terlihat begitu menikmati detik demi detik permainannya,
ia begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua darinya itu.
Nafsu birahinya pada wanita dewasa seperti Bu Henny memang sangat besar.
Ia tak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur dengannya.
Andi beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bu Henny jauh lebih nikmat dalam
bermain seks dibanding gadis ABG yang tak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.
Setiap kali ia melakukan senggama dengan Bu Henny ia selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya,
wanita itu seperti sangat mengerti apa yang ia inginkan.
Demikian pula Bu Henny, baginya Andi-lah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang.
Tak seorangpun dari mantan kekasih gelapnya mampu
membuat wanita itu meraih puncak kepuasan seperti yang ia dapatkan dari Andi.
Sepuluh menit sudah Andi di karaoke oleh Bu Henny.
Kemudian kini mereka kembali mengatur posisi saat wanita itu kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya.
Ia yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi oleh pemuda itu. Inilah letak keperkasaan Andi.
Ia dapat membuat lawan mainnya terkapar beberapa kali sebelum ia sendiri meraih kepuasannya.
Pemuda itu sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.
Sejenak mereka bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba.
Namun kemudian dengan cepat mereka menuju kamar mandi dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas,
sembari mengisi bak rendam itu dengan air mereka melanjutkan permainannya di situ,
mereka masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana Andi menempatkan diri
dari belakang dan memasukkan kontolnya dari arah pantat Bu Henny. Adegan seru kembali terjadi,
teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bu Henny yang merasakan
genjotan Andi yang semakin nikmat saja.
Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
"aahh..., nikmat An, aahh..., ooohh kontol kamu sayang ooohh enaak, mmhh lezaatnya ooohh...,
genjot yang lebih keras lagi dong..., ooohh enaak", teriak Bu Henny sejadi-jadinya saat merasakan nikmat
di liang vaginanya yang dimasuki kontol pemuda itu.
Andi juga kini tampak lebih menikmati permainannya,
ia mulai merasakan kepekaan pada penisnya yang telah
membuat Bu Henny menggapai puncak dua kali itu.
"Ooohh..., Bu..., vagina ibu juga nikmat sekali...,
ooohh saya mulai merasa sangat nikmat ooohh..., mmhh...,
Bu ooohh, Bu Henny ooohh ibu cantik sekali ooohh...,
saya merasa bebas sekali", oceh mulut Andi menimpali teriakan gila dari Bu Henny yang juga
semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh mereka.
Keduanya memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tak terkendali.
Beberapa kali mereka merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif.
Kadang di pinggiran bath tub itu Bu Henny duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar
sementara Andi berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur,
mulutnya tak pernah lepas menghisap puting susu Bu Henny yang montok dan besar itu.
Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu
itupun kini terdengar bergericik seiring pertemuan
kemaluan mereka yang beradu keras oleh hempasan pinggul Andi yang menghantam pangkal paha Bu Henny.
"Aduuuhh Annndiii..., enaaknya goyang kamu sayang ooohh..., teruuus...,perkosa ibu And..aku budakk.. seksmu,..Andii..
....aahh genjot yang keraass..., ooohh sampai puaasss...,akkuu..pelacurrmuu..Anndii...
hhmm enaakk sayangg..., mmhh nikmaatttnya..., ooohh...,hajar memekkuu..ndi...
enaknya genjotan kamu..., ooohh..., Andi sayang oooh kamu pintar sekali ooohh ibu nggak mau berhenti sama kamu...,
ooohh.., jagonya kamu sayang ooohh genjot terus yang keras...Ougghh...". teriak bu Henny.
"Ohh Bu Henny, ibu juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama ibu, ooohh...,
apalagi susu ini..., ooohh mm..., enaknya..., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis
dengan tubuh yang begitu aduhai seperti ibu, oooh Bu Henny...,
goyang ibu juga nikmat sekali oooh meski ibu sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali bu,
ooohh susu ibu juga mm..., susu yang paling indah yang pernah saya lihat...,
auuuhh enaaknya vagina ini..., ooohh..., penis saya mulai sedikit peka bu", balas Andi memuji wanita itu.
Keduanya terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing.
Ocehan mereka berkisar pada kenikmatan seks yang sedang mereka alami saat ini.
Andi memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bu Henny,
sedang wanita itu tak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dari Andi.
Beberapa saat berlalu, mereka kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing,
Bu Henny menunggingkan pantatnya ke arah Andi lalu pemuda itu menusukkan kemaluannya dari arah belakang.
 Terjadilah adegan yang sangat panas saat Andi dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul
yang keras memnghantam ke arah pantat Bu Henny. Wanita itu kini menjerit lebih keras,
demikian pula dengan Andi yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainannya.
"ooohh...,kontolmuu.., ooohh..., aauuuhh..., ennnaakkk...,
An...Diii sayaaang..., genjooot..., ibu mau keluaar lagii...,
ooohh..., nggaak tahan lagi sayang..., nikmaat ooohh", jerit nyaring Bu Henny yang ternyata juga
sedang mengalami ejakulasi, vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya.
Ia masih mencoba untuk bertahan.
Demikian halnya dengan Andi yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulnya menghantam pantat Bu Henny
untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vagina wanita itu.
Kepala kontolnya pun mulai berdenyut menandakan puncak permainannya akan segera tiba.
Buru-buru diraihnya tubuh Bu Henny sambil membalikkan arahnya menjadi berhadapan,
lalu kemudian ia mengangkat sebelah kaki wanita itu ke atas
dan dengan gesit memasukkan buah kontolnya kembali ke liang vagina Bu Henny.
"oooh Bu, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah?! Saya mau keluarkan sekarang juga...,
aauuuhh Bu Henny sayang..., ooohh...,ku perposa kamu buu...aahh..bikin napsuku menjadi-jadi  pelacurku...
enaakkk...,ooohh...,vagina ibu njepit..., enaak", teriak Andi diambang puncak kenikmatannya,
ia begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari kontolnya yang dalam keadaan
puncak ketegangannya itu. Kemaluannya terasa membesar sehingga vagina Bu Henny terasa makin sempit dan nikmat.
Wanita itupun merasakan hal yang tak kalah nikmatnya,
vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat
dan membuat wanita itu tak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.
"ooohh..., aahh...kontolmu Ndi...,perkosa aku Ndi..aku pelacurmuu...
..aghhh, aku budak seksmu Ndi... ibu keeeluuuaarrr laagii...,
aahh enaakkk..., Andiii...!!!", teriak Bu Henny mengakhiri permainannya,
disaat bersamaan Andi juga mengalami hal yang sama.
Pemuda itu tak dapat lagi menahan luncuran cairan spermanya,
hingga kontolnya pun menyemprotkan cairan itu ke dalam rongga vagina Bu Henny dan membuatnya penuh,
dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kedua manusia itu.
Andi tampak tak kalah seru menikmati puncak permainannya, ia berteriak sekeras-kerasnya.
"aahh..., saya keluaarr juga Bu Henny ooohh..., ooohh...,
air mani saya masuk ke dalam vagina ibu..., ooohh..., lezaat...,
ooohh Bu Henny sayaanng..., ooohh Bu Henny..., enaak", jeritnya sambil mendekap wanita itu dengan keras
dan meresapi sembuaran spermanya dalam jumlah yang sangat banyak.
Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bu Henny.
Akhirnya kedua insan itu ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu.
Mereka berendam dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat.
Mereka terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.
"Andi sayang...", panggil Bu Henny. "Ya, bu". "Kamu mau kan terus main sama ibu?".
"Maksud ibu?". "Maksud ibu, kamu mau kan terus kencan gini sama ibu?".
"Oh itu, yah jelas dong bu, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik ibu", jawab Andi sambil memberikan
kecupan di pipi Bu Henny.
"Ibu pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi ibu selain kamu.
Suami ibu nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu.
Dulu sebelumnya ibu juga pernah pacaran sama pegawai bawahan suami ibu tapi ah mereka sama saja,
hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar".
"Yah saya maklum saja bu, tapi ibu jangan kuatir.
Saya akan terus menuruti kemauan ibu, saya juga senang kok main sama ibu.
Dari semua wanita yang pernah saya kencani cuma Ibu deh rasanya yang paling hebat bergoyang.
Bentuk tubuh Ibu juga saya paling suka, apalagi kalau yang ini nih..", kata Andi sambil memilin puting susu Bu Henny.
 "Auuuw..., Andi! geliii aahh..., ibu udah nggak tahan..., nanti lagi ah", jerit Bu Henny merasakan geli
saat Andi memilin puting susunya.
Keduanya terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mereka mengeringkan badan
lalu beranjak menuju tempat tidur.
Di sana lalu mereka saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu.
Merekapun tertidur lelap beberapa saat kemudian.
Masih dalam keadaan telanjang bulat keduanya terlelap dalam dekapan mesra mereka.
Dua jam lamanya mereka tertidur sampai saat senja tiba mereka terbangun dan langsung memesan makan malam di kamar.
Hari pertama itu Andi dan Bu Henny benar-benar seperti gila seks.
 Permainan demi permainan mereka lakukan tanpa mengenal berhenti.
Saat malam tiba keduanya kembali melampiaskan nafsu birahi mereka sepuas-puasnya.
 Klimaks demi klimaks mereka raih, sudah tak terkira puncak kenikmatan yang telah mereka lalui malam itu.
Dengan hanya diselingi istirahat beberapa belas menit saja mereka kembali lagi melakukannya.
Dari pukul delapan malam sampai menjelang jam empat pagi mereka dengan gila
mengumbar nafsu seks mereka di villa yang luas itu.
Berbagai macam obat kuat dan ekstasi mereka minum untuk memperkuat tenaganya.
 Minuman keras mereka tegak sampai mabuk untuk menyelingi permainan itu.
Televisi yang ada di kamar itupun mereka putarkan DVD porno yang telah mereka siapkan dari Jakarta,
sambil melihat adegan seks di TV itu mereka menirukan semua gerakannya.
Malam itu sungguh menjadi malam birahi yang panjang bagi kedua orang yang sedang mabuk seks itu.
Begitu salah satu dari mereka merasa lemas mereka langsung
menegak pil kuat pembangkit tenaga yang telah mereka siapkan.
Belasan botol bir sudah habis ditegak Andi ditambah beberapa piring sate kambing
untuk membuatnya selalu tegang dan panas.
Barulah menjelang dini hari mereka terkapar lemas kemudian tertidur lelap tanpa busana.
Kamar itupun tampak berantakan akibat permainan yang mereka lakukan di sembarang tempat,
dari tempat tidur sampai kamar mandi, meja makan, sofa, lantai karpet,
sampai toilet jongkok yang ada di kamar mandi.
Keesokan harinya mereka masih tampak terlelap sampai siang menjelang sore,
tubuh mereka terasa penat dan malas. "Huuuaahhmm", terdengar Andi menguap.
"Kamu sudah bangun sayang?", tanya Bu Henny begitu mendengar suara pemuda itu,
ia lebih dahulu bangun untuk mengambil pesanan minuman yang ditaruh
di meja teras samping kolam renang pribadi yang ada di villa itu.
Secangkir kopi ia ambilkan untuk Andi lalu wanita itu beranjak keluar kamar
menuju kolam renang di depan kamar mereka.
Dengan bebas ia lalu membuka gaun tidur yang dikenakannya dan bermain di kolam renang itu.
 Andi hanya memperhatikan dari dalam kamar.
Villa itu memang dibatasi oleh tembok tinggi bergaya tradisional Bali dengan halaman yang luas.
Gerbangnyapun dapat dikunci dari dalam sehingga aman bagi tamu dari gangguan.
Mereka juga telah memesan agar tidak diganggu selama hari pertama sampai ketiga agar mereka dapat
menikmati kepuasan yang mereka inginkan itu secara maksimal.
Andi memandang tubuh Bu Henny dari kejauhan sambil membayangkan apa
yang telah diraihnya dari wanita paruh baya yang telah bersuami itu.
Betapa beruntungnya ia yang hanya seorang biasa pegawai perusahaan swasta itu
dapat menggauli istri pejabat tinggi pemerintah yang biasanya sangat sulit didapatkan orang lain.
Seleranya pada wanita dewasa yang berumur jauh di atasnya menjadikan pemuda itu sangat menikmati
hubungan gelapnya dengan Bu Henny. Tubuh wanita itu putih mulus dengan wajah manis menggairahkan,
buah dada yang begitu menantang dengan ukuran yang besar ditambah lagi dengan goyang tubuhnya yang
aduhai menjadikannya benar-benar sempurna di mata Andi.
Dari jauh ia menatap tajam ke arah Bu Henny yang kini duduk di pinggiran kolam itu,
tampak jelas saat wanita itu sedikit mengangkang memperlihatkan daerah kemaluannya
yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Itu adalah bagian yang paling disukai Andi,
dalam setiap hubungan seks yang mereka lakukan Andi tak pernah sekalipun
melewatkan kesempatannya untuk menjilati daerah itu.
Aromanya yang khas dengan permukaan bibir vagina yang merah merekah menjadikannya
selalu tampak menantang dan membangkitkan nafsu birahi.
Umur Bu Henny sudah lebih dari empat puluh tahun justru menambah gairah pemuda itu,
ia merasa benar-benar mendapatkan apa yang ia inginkan dari Bu Henny.
Gairah dan nafsu birahi yang selalu membara,
kedewasaan berfikir maupun teknik bermain cinta yang begitu ia sukai semua ia dapatkan darinya.
Kehangatan tubuh wanita bersuami itu sungguh cocok dengan selera Andi.
Kehangatan yang tak pernah sekalipun ia dapatkan dari wanita muda,
apalagi ABG yang sok seksi seperti yang banyak terdapat di kota-kota besar.
Ia sudah bosan dan muak dengan anak-anak kecil yang murahan dan hanya mengenal seks secara pas-pasan itu.
Namun hubungannya dengan Bu Henny kini seperti memberinya pengalaman lebih tentang seks
dan segala misteri yang ada di dalamnya.
Teknik-teknik menikmati senggama yang sebelumnya hanya ia baca dari buku tuntunan seks itu
kini dapat ia praktikkan dan rasakan kenikmatannya dari tubuh Bu Henny.
Bahkan Bu Henny seperti menuntunnya ke arah kesempurnaan teknik seks yang
hari demi hari semakin terasa memabukkan. Beberapa saat memandangi tubuh bugil itu membuat Andi kembali terangsang.
Iapun kemudian beranjak bangun dari tempat tidur dan
menyambar sebuah handuk lalu berjalan menghampiri Bu Henny di pinggir kolam itu.
Sambil tersenyum Bu Henny menyambutnya dengan sebuah kecupan mesra,
Andi merangkulnya dari belakang dan dengan perlahan kemudian mereka masuk ke kolam dan berenang dengan bebas.
Mereka asik bermain dengan air,
saling menyiram sambil sesekali menggelitik daerah vital.
Keduanya bercanda puas dengan sangat bebas. Dunia bagaikan milik mereka berdua di tempat itu.
Bu Henny memang sengaja memesan villa dengan bangunan dan lokasi khusus yang jauh dari keramaian,
dengan segala fasilitas yang bersifat pribadi seperti kolam,
taman dan pantai pribadi yang tertutup untuk tamu lain semua menjadi milik mereka berdua.
Dengan sepuas hati mereka menghabiskan sisa waktu siang hari itu untuk bermain di kolam maupun di pantai,
berenang kemudian saling berkejaran di pantai dan taman villa itu.
Tak ketinggalan mereka melakukan hubungan seks yang cukup seru di kolam renang,
hingga hari itu mereka benar-benar sangat ceria.

tammat