Selasa, 02 November 2010

Nakalnya Mertuaku

Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Virni, dia seorang model iklan dan enam bulan lalu,
dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin.
Usiaku kini 32 tahun, sedangkan Virni usia 21 tahun.
Virni seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya.
Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia.
Ibunya Virni, mertuaku, sebut saja Mama Mona, orangnya pun cantik walau usianya sudah 39-tahun.
Mama Mona merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini,
karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada di rumah, paling-paling sebulan sekali.
Sehingga Mama Mona bersibuk diri dengan berjualan berlian.
Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sndiri punya rumah tapi karena menurut istriku,
ibunya sering kesepian maka aku tinggal di "Pondok Mertua Indah".
Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Mona juga sibuk,
kami jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu,
aku dan Mama Mona jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri,
inilah ceritanya. Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota,
otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu.
Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api,
aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam.
Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Eh, Mama.. belum tidur..."
"Belum, Tom... saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang..."
"Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat..."
"Virni... pulangnya kapan?"
"Ya... kira-kira hari Rabu, Ma... Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu..."
"Ok... Tom, selamat tidur..." Kutinggal Mama Mona yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur.
Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan
kulihat Mama Mona sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.
"Selamat Pagi, Tom..."
"Pagi... Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya."
 "Kamu hari ini mau kemana Tom?" "Tidak kemana-mana, Ma... paling cuci mobil..."
"Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian."
"Ok.. Ma..."
Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam.
Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian
sejak Virni makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang,
untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Mona.
Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama,
 dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek.
Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.
"Tom, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach... habis pegal banget nih..."
"Dimana Ma?"
"Sini.. Leher dan punggung Mama..."
Aku lalu berdiri sementara Mama Mona duduk di sofa,
aku mulai memijat lehernya,
pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya
yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama
ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya
Mama Mona tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip
dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.
"Maaf, Ma... punggung Mama juga dipijat..."
"Iya... di situ juga pegal..."
Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya
sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus.
Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut,
rupanya Mama Mona juga sudah mulai terangsang.
"Tom, Mama kesepian...Mama sudah lama ga' ngentot... Mama membutuhkanmu..."
Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan.
Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya
dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang,
dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa,
aku sekarang berhadapan dengan Mama Mona yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.
Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Mona lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku.
Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.
"Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian..."
"iya... iya.. iya Mah," Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya,
lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya.
Lidahku disedot di dalam mulutnya.
Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya.
Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas,
putingnya kupelintir yang membuat Mama Mona menggoyangkan tubuhnya karena keenakan.
Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku.
Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit,
setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala kontolku
dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.
Keringat kami mulai bercucuran,
payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya,
putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Mona kelojotan,
sementara kontolku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras.
Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya,
dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat.
Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang
dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.
Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum,
kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Mona melepaskan tangannya dari kontolku yang sudah keras.
Mama Mona lalu berdiri di hadapanku,
dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya
dengan jelas tubuh Mama Mona yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm,
payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu tipis,
membuatku menahan ludah ketika memandanginya.
"Tom, ayo... puasin Mama..."
"Ma... tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Virni..."
"Ah... masa sih.."
"Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi..."
"Ah.. kamu bisa aja..."
"Iya.. Ma.. bener deh.."
"Iya sekarang.. puasin Mama dulu..entotin Mama sesukamu cah bagus,
 yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..."
"Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..."
Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga kontolku sudah dalam genggamannya,
walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.
"Tom, kontolmu besar sekali, pasti Virni puas yach...memekku jadi pengin langsung dihajar ama kotol besar mu say..."
"Ah.. nggak. Virni.. biasa aja Ma..."
"Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach..."
"Ok... Mah..." Mulut mungil Mama Mona sudah menyentuh kepala kontolku,
dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan,
kepalanya kuusap dengan lembut.
Kontolku mulai dijilatnya sampai biji pelirku,
Mama Mona mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa,
akhirnya hanya bisa masuk kepala kontolku saja dalam mulutnya.
Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Mona menyentuh batangku dengan lembut.
Hampir 15 menit lamanya kontolku dihisapnya,
membuatnya agak basah oleh ludah Mama Mona yang sudah tampak kelelahan menjilat kontolku
dan membuatku semakin mengguncang keenakan.
Setelah itu Mama Mona duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya.
Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku.
Vagina Mama Mona terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku,
tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.
"Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach."
"Ah, masa sih Tom, wangi mana dibanding punya Virni dari punya Mama."
"Jelas lebih wangi punya mama dong..."
"Aaakkhh...teruss..Tom...jilatin sepuasmu...oughhh.." Vagina Mama Mona telah kusentuh dengan lidahku.
Kujilat lembut liang vagina Mama Mona,
vagina Mama Mona rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.
"Ma, vagina... Mama sedap sekali.. rasanya segar..."
"Iyaaaah... Tom, terus... Tom... Mama baru kali ini vaginanya dijilatin... ohhh.. terus... sayang..."
Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit
dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya,
biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang
membuat Mama Mona menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri
di atas sofa seperti cacing kepanasan.
"Ahh... ahh.. oghh oghh... awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom... agh, eena... enakkkhh.. aahh... trus.. trus..."
Klitoris Mama Mona yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang,
tubuh Mama Mona sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit
dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga,
cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya
maupun paha mama Mona.
"Ahg... agh... Tom... argh... akh.. akhu... keluar.. nih... ka.. kamu.. hebat dech..."
Mama Mona langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya,
sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Mona,
langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit
lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Mona yang sudah kering dari cairan.
 Mama Mona melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batang kontolku ke dalam vaginanya,
tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Mona terasa sempit, aku pun keheranan.
"Ma... vagina Mama koq sempit yach... kayak vagina anak gadis."
"Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach..."
"Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis.
Saya senang Ma, karena vagina Virni sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?"
"Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk..."
"Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang kontol saya ke vagina Mama yang sedaaap ini..."
"Akhhhh... batang kontolmu besar sekali...ssttt...ahhhh.."
Vagina Mama Mona sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 24 cm,
setelah 6 kali kuberikan tekanan.
Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Mona yang sudah tertusuk oleh batang kontolku,
Mama Mona hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan,
badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batang kontolku masuk ke vaginanya.
"Tom.. nggehhh.. ngghhh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agggghhh.. agghhh.. aahhh.. eenaakkhh..."
Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Mona terasa sempit,
tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya.
Payudara Mama Mona yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih
dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat,
kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Mona belingsatan,
tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras
oleh batang kontolku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Mona berteriak
dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batang kontolku yang masih di dalam vaginanya,
saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.
"Arrrgghhhh..nikmat banget kontolmu Tom, argghhh.. aakkkhh.. Mama... keluar nich Tom... kamu belum yach..?"
Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang
dan sekarang posisi menungging dimana batang kontolku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Mona,
sedangkan dia sudah lemas tak berdaya.
Kuhujam vagina Mama Mona berkali-kali sementara Mama Mona yang sudah lemas
seakan tidak bergerak menerima hujaman batang kontolku,
Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat.
Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Mona meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya,
sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Mona
hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar.
"Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali..."
Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku,
yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Mona yang sudah lemas lebih dulu.
Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Mona,
setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa,
Mama Mona memelukku dan mencium pipiku.
"Tom, Mama benar-benar puas dech,kontolmu sangat terasa dalam memek mama,
Mama pingin kapan-kapan coba lagi batang kontolmu yach, boleh khan..."
"Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan
sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Virni nggak pulang."
"Iya, Tom.. kamu mau ngeloni Mama kalau Virni pergi say...?"ujarnya manja.
Lanjutnya "Ahhh... Mama boleh kamu apakan Tom... sekarang Mama budak seksmu...
mainin memek Mama Tom ..egghh...puasin Mama yach...aghh..."
"Iya Ma, vagina Mama nikmat sih."
"Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama."
"Kita Main lagi Ma...memek Mama ngangenin...?"
"Iya boleh...sini cah bagus..."
Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur.
Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku
ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang.

TAMAT

2 komentar: